Crush [Part 9]

crush cover

Judul: Crush – part 9

Main Cast:

Lee Jonghyun CNBlue sebagai Lee Jonghyun

Im Yoona SNSD sebagai Im Yoona

Other Cast:

Jung Yonghwa CNBlue sebagai Im Yonghwa

Seo Joohyun SNSD sebagai Lee Seohyun

Tiffany Hwang SNSD sebagai Tiffany Hwang

Kang Minhyuk CNBlue sebagai Kang Minhyuk

Lee Jungshin CNBlue sebagai Lee Jungshin

Im / Han Haera (OCs)

Kim Ahjuma (OCs)

Rating: PG-15

Lenght: Chaptered

Genre: Romance, Angst, AU

PrologPart 1Part 2Part 3Part 4Part 5Part 6Part 7Part 8

Pukul 21.30 KST

Yoona berjalan cepat menyusuri jalanan yang sudah lebih dari dua bulan ini selalu dilewatinya. Tadi setelah cafe tutup hari ini, Yoona segera meminta izin untuk pulang lebih cepat tanpa merapihkan peralatan di cafe terlebih dahulu. Alasannya, ia ingin segera menemui orang yang hampir seharian ini membuat dirinya cemas dan khawatir karena berita tiba-tiba yang Yoona dapatkan mengenai orang tersebut.

Yoona berlari menaiki tangga menuju lantai enam apartementnya. Ia bahkan melewati dua anak tangga sekaligus untuk mempercepat langkahnya. Hari memang sudah malam dan iapun sebenarnya sudah sangat lelah hari ini. Namun rasa penasaran dan rasa cemasnya lebih mendominasi dirinya untuk tetap bersikeras pergi ke tempat ini. Dan akhirnya Yoona sampai di depan pintu rumah semi permanent itu. Yoona menyeka keringat yang mengalir dipelipis matanya dan mengontrol napasnya yang masih sesak karena berlari begitu cepat tadi.

Yoona mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu rumah didepannya itu. Namun gerakannya terhenti, ia hanya menggantungkan tangannya di udara. Entah kenapa, Yoona ragu. Yoona sendiri bingung, ia ragu dan  merasakan adanya rasa takut yang menyelimuti dirinya. Entah karena takut mengganggu Jonghyun dengan kedatangannya malam ini atau takut akan penjelasan yang akan ia terima dari Jonghyun. Yoonapun menggelengkan kepalanya cepat. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Tidak. Ia hanya ingin menanyakan alasan Jonghyun. Jadi ia tidak perlu ragu ataupun takut.

Tok – tok – tok

Akhirnya Yoona mengetuk pintu bercat putih didepannya itu. Beberapa detik kemudian, pintu rumah itu terbuka perlahan dan munculah sosok lelaki yang sangat ingin Yoona temui saat ini.

“Ada apa?” tanya Jonghyun tepat ketika ia membuka pintu rumahnya

“Biarkan aku masuk dulu” Yoona segera melangkahkan kakinya memasuki rumah itu tanpa menunggu persetujuan dari tuan rumah. Jonghyun hanya menatap Yoona heran masih dari tempatnya berdiri.

“Apa alasanmu?” tanya Yoona to the point segera setelah ia sampai di tengah ruangan kecil tersebut dan memutar tubuhnya menghadap Jonghyun

“Maksudmu?” Jonghyun balik bertanya sambil menutup pintu rumahnya. Ia memang tidak mengerti maksud pertanyaan Yoona tadi.

“Kenapa kau berhenti dari cafe? Apa alasanmu?” tanya Yoona kembali

Jonghyun tidak segera menjawab pertanyaan Yoona. Lelaki itu malah berjalan santai ke arah dapur dan mengambil gelas dari dalam rak piringnya. Iapun mengisi gelas tersebut dengan air mineral dan meletakkannya di atas meja. “Minumlah” tawarnya pada Yoona. Kemudian lelaki itu duduk di meja makan dan membaca koran yang sedari tadi memang sudah terbuka diatas meja. Mungkin sebelum Yoona kesini, Jonghyun tengah membaca koran. Lelaki itu memang punya kebiasaan membaca koran pada malam hari.

Yoona memutar bola matanya malas. Sebenarnya dari awal ia memang pesimis dengan usahanya datang kesini mengingat Jonghyun bukanlah orang yang mudah menceritakan sesuatu yang berkaitan dengan privasi dirinya. “Aku datang kesini bukan untuk bertamu, oppa. Kenapa kau berhenti dari cafe?” Yoona mengulang pertanyaannya yang belum terjawab

“Apa itu penting untuk mu?”

“Iya, itu penting untukku. Tidak bisakah kau hanya menjawab pertanyaanku itu?”

Jonghyun mengalihkan konsentrasinya dari koran diatas meja kemudian menatap Yoona. “Ada masalah yang perlu kuselesaikan. Sesuatu yang belum kuselesaikan sampai saat ini” jawab Jonghyun menggantung. Lalu lelaki itu kembali memfokuskan diri pada koran didepannya.

Yoona terlihat berpikir. “Sesuatu yang belum terselesaikan? Apakah kejadian itu?” batinnya

“Apa… itu tentang kejadian empat tahun yang lalu?” tanya Yoona ragu-ragu

Dengan seketika, Jonghyun mengangkat wajahnya dan menatap Yoona penuh selidik. Wajahnya mengeras dan tatapan matanya menembus langsung ke manik mata Yoona seperti menelanjangi Yoona ditempat. “Dari mana kau tahu tentang kejadian itu??” tanya Jonghyun tegas.

“A-Aku… Aku…” Dengan seketika Yoona terbata-bata. Ia menundukkan wajahnya menatap lantai. Entah kenapa ia merasa takut melihat ekspresi Jonghyun saat ini. Bodohnya ia, kenapa bisa-bisanya pertanyaan seperti itu meluncur keluar dari mulutnya? Jonghyun masih menatap Yoona tajam menunggu jawaban yang akan keluar dari mulut gadis itu.

“Tidak penting dari mana aku tahu kejadian itu” jawab Yoona tiba-tiba. Kali ini ia menatap Jonghyun tak kalah tajam, menantang lelaki itu lewat tatapan matanya. Keberaniannya tiba-tiba datang entah dari mana. Toh Yoona pikir ia tidak bersalah kan? Kenapa ia harus takut jika mengetahui masa lalu Jonghyun?

“Oppa, kenapa kau harus mengorbankan pekerjaanmu demi kejadian itu?” Yoona tahu bahwa mencari pekerjaan di Seoul begitu sulit saat ini. Terlebih lagi dengan kondisi fisik Jonghyun. Namun lelaki dihadapannya ini dengan mudah melepas pekerjaannya demi sebuah kejadian masa lalu yang tidak jelas. Dan hal itu membuat Yoona kesal. Yoona ingin melihat Jonghyun hidup dengan lebih baik dan tidak selalu dibayang-bayangi masa lalunya yang kelam.

“Itu bukan urusanmu. Pulanglah” ucap Jonghyun singkat. Ia memang tidak suka dengan komentar Yoona tentang masalah pribadinya itu namun ia juga sedang tidak ingin berdebat dengan Yoona malam ini.

“Oppa, aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiranmu. Tidak bisakah kau melupakan masa lalu mu itu dan hidup dengan lebih baik?” tanya Yoona sarkastik. Merasa kesal dengan respon Jonghyun yang tidak pernah menanggapi dengan baik perkataannya dari tadi.

Jonghyun berdecak kesal mendengar komentar Yoona kemudian bangkit dari posisi duduknya dan berjalan mendekati Yoona. “Kau tidak tau apa-apa tentangku. Jadi jangan banyak berkomentar” ucapnya pelan namun terkesan mengancam

“Aku tahu. Aku tahu semua tentangmu!! Masa lalumu, impianmu, keluargamu. Aku tahu! Dan aku juga tahu-”

“Tidak! Kau tidak pernah tahu! Kau tidak akan pernah tahu apa yang aku rasakan. Tidak dengan semua yang kau miliki, Nona Im!!” potong Jonghyun. Terlihat lelaki itu mulai tersulut emosinya oleh perkataan dan komentar Yoona tentang masa lalunya yang selalu menjadi hal sensitif untuk dibicarakan bagi Jonghyun selama ini. “Kau, gadis sepertimu, seorang putri dari keluarga terpandang yang memiliki segalanya sepertimu tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya kehilangan semuanya” lanjut Jonghyun masih dengan emosinya yang meluap.

“Apa maksudmu?” tanya Yoona penuh selidik

“Anak bungsu dari seorang chaebol ternama se-Korea Selatan sepertimu, tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya kehilangan. Bagimu, yang menganggap kehidupan merupakan sebuah permainan, tidak akan tahu bagaimana kerasnya hidup. Berhentilah menganggap dirimu mengetahui segalanya, berhentilah mengganggap semua masalah dapat dengan mudah kau selesaikan dan berhentilah bermain-main dengan kehidupanmu. Kau sungguh orang yang munafik”

“Kau tidak tahu apa-apa tentang diriku, Lee Jonghyun-sii!!” bentak Yoona. Emosinya juga sudah mulai tersulut mendengar komentar Jonghyun tentang dirinya.

“Aku tahu tentang dirimu. Kau Im Yoona. Putri bungsu dari Im Seolong pemilik Heaven Coorp.”

“Apa kau sudah cukup puas bermain-main disini, Nona Im? Tinggal di apartement tua dan bekerja di sebuah cafe kecil. Apa bagimu hidup ini sebuah lelucon?” lanjut Jonghyun dengan nada mengejek.

Yoona terpaku mendengar semua kalimat yang terlontar dari mulut Jonghyun. Ia bahkan tidak mampu mengeluarkan kalimat untuk membalas perkataan Jonghyun ataupun hanya untuk membela diri.

“Jadi itukah pemikiranmu tentang diriku selama ini?” tanya Yoona dengan suara bergetar. Hanya itu kalimat yang mampu meluncur keluar dari mulut Yoona. Komentar Jonghyun mengenai dirinya lebih mendominasi pikirannya ketimbang masalah status Yoona yang diketahui oleh Jonghyun. Seperti itukah pemikiran Jonghyun tentang dirinya selama ini? Seburuk itukah ia dimata lelaki ini?

Yoona menatap Jonghyun nanar. Ia dapat merasakan matanya mulai memanas. Napasnya tercekat seakan-akan ada bongkahan batu besar panas yang menghalangi tenggorokannya saat ini. Entah kenapa, dadanya terasa sakit. Mendengar komentar buruk tentang dirinya benar-benar membuat hatinya seperti diiris-iris, terlebih komentar itu keluar dari mulut Jonghyun, lelaki yang selama ini hampir memenuhi rasa dihatinya. Yoona menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya. Kemudian ia mengatupkan rahangnya kuat-kuat dan mengepalkan kedua tangannya untuk mencegah cairan yang akan keluar dari sudut matanya. Ia tidak boleh menangis. Tidak disini. Tidak didepan lelaki keras kepala ini. “Lakukan sesukamu” ucap Yoona lirih. Iapun kemudian berbalik dan segera berlari meninggalkan lelaki itu.

“Sh*t!!!!” rutuk Jonghyun frustasi. Jonghyun mengacak kasar rambutnya. Ia benar-benar diluar kendali tadi. Bukan maunya untuk berkata kasar seperti itu kepada Yoona. Namun emosi yang menguasi dirinya menyebabkan kata-kata itu meluncur keluar begitu saja dari mulutnya.

Jonghyun memang sudah mengetahui identitas Yoona semenjak kejadian dimana ia mengantarkan Yoona pulang di malam beberapa bulan yang lalu. Namun Jonghyun tidak sekalipun mengungkit masalah itu dan ia juga tidak peduli dengan status Yoona. Namun entah kenapa, malam ini semuanya seakan meledak keluar dari mulutnya. Kata-kata yang seharusnya tidak ia ucapkan, justru meluncur keluar dengan liarnya malam ini. Jonghyun memandang pintu rumahnya yang masih terbuka akibat kepergian Yoona tadi. Merasa sangat bersalah kepada gadis itu.

 

-ooo-

 

Keesokan harinya

“Woaaa… Halmoni, masakanmu memang yang terbaik di Daehan Minguk” ucap Yoona riang sembari mengangkat kedua jempolnya

“Bagaimana? Enak?” tanya Halmoni  dengan senyum yang terkembang di wajah tuanya

“Hmmm… Mashita!” jawab Yoona sambil tertawa riang

Hari Minggu -seperti biasa- Halmoni selalu mengajak Yoona memasak bersama dikediaman Halmoni yang berada di lantai satu. Yoona banyak belajar mengenai resep masakan dari Halmoni bahkan sebelum ia pindah ke apartement ini. Menu hari ini adalah sup pasta kacang merah. Masakan Halmoni memang selalu bisa membuat nafsu makan Yoona meningkat. Ini adalah piring keduanya pada siang ini. Dan Yoona rasa perutnya masih mampu menampung satu piring tambahan lagi.

“Yoon-ah, jika kau telah selesai makan, tolong antarkan sup ini untuk Jonghyun ya?”

“De??”

“Antarkan untuk Jonghyun. Seperti biasa”

“Tidak bisakah Halmoni saja yang mengantarkannya hari ini?”

“Kenapa? Biasanya kau yang selalu semangat mengantarkan makanan untuk Jonghyun. Apa kalian sedang bertengkar?” tanya Halmoni penuh selidik

“A-Aniyo, halmoni. Biar aku antarkan”

 

-ooo-

 

“Ada perlu apa kau kesini?” tanya Jonghyun kepada gadis dihadapannya

“Oppa. Ini yang terakhir. Tolong jawab pertanyaanku ini untuk yang terakhir kali” Tiffany menatap Jonghyun penuh harap. Ia sengaja datang menemui Jonghyun ke apartementnya untuk menanyakan sesuatu, ah tidak! lebih tepatnya, memastikan sesuatu.

“Apa itu?”

Jonghyun menatap Tiffany. Menunggu pertanyaan yang akan gadis itu sampaikan kepadanya. Tiffany menghela napasnya sebelum membuka suara. “Orang tuaku telah menjodohkanku dengan seorang pria yang tidak ku kenal sebelumnya. Jawabanmu akan mempengaruhi keputusan ku, oppa”

“Apa sampai saat ini masih ada kesempatan untuk ku?” tanya Tiffany pada akhirnya. Gadis itu menatap Jonghyun lekat. Berharap jawaban yang akan keluar seperti apa yang diharapkannya.

Tiffany masih mencintai lelaki ini. Sangat. Bahkan rasa cintanya itu tidak pernah luruh sedikitpun. Baginya, kebahagian adalah saat ia dapat bersama dengan lelaki yang dicintainya ini. Lelaki ini bagai candu untuknya, bagai udara yang selalu dihirupnya agar tetap bertahan hidup, bagai jiwa yang menggerakkan raga kosongnya selama ini. Namun ia juga tahu diri, ia tidak mungkin terus memaksakan rasanya kepada lelaki ini. Jika memang Jonghyun sudah tidak mencintainya, maka ia akan mundur. Jika dengan hal ini maka Jonghyun akan bahagia, maka ia akan rela melepaskannya. Walau dengan begitu, mungkin ia akan sakit, mungkin ia akan mati karena kehabisan udaranya.

“Maaf” jawab Jonghyun singkat

Tiffany mengganggukkan kepalanya lemah. Sebenarnya ia sudah tahu akan seperti itu jawaban yang ia terima. Namun bagaimanapun juga, ia butuh kepastian. Dan jawaban Jonghyun ini akan mengubah segalanya.

“Terimakasih oppa” ucap Tiffany lirih. Ia menyeka air mata yang telah mengalir di pipinya dengan punggung tangannya. Mungkin inilah takdir. Ia dan Jonghyun memang sudah tidak bisa bersama lagi. Mulai saat ini, ia harus mengubur dalam-dalam kenangannya dengan Jonghyun. Menyimpan erat kenangan itu di dalam memory otaknya sebagai sebuah kotak pandoranya yang berharga. Ia tidak akan menghapus kenangannya dengan Jonghyun, ia hanya akan menyimpan kenangan itu untuk dirinya sendiri.

“Terimakasih untuk semuanya” Tiffany tersenyum masih sambil berusaha menghapus air mata yang terus mengalir di pipinya. “Hiduplah dengan baik, oppa. Kuharap kau dapat menemukan seseorang yang berarti bagimu”

Jonghyun menepuk pelan puncak kepala Tiffany kemudian tersenyum singkat kepada gadis itu. “Kau juga” ucapnya lembut. Tiffany segera menghambur kedalam pelukan Jonghyun. Dan seketika itu pula tangisnya pecah. Setidaknya biarkan ia seperti ini. Untuk terakhir kalinya, biarkan dia memeluk lelaki yang begitu dicintainya.

 

-ooo-

 

Yoona berjalan pelan menaiki anak tangga ke lantai enam. Sebenarnya ia sangat tidak ingin bertemu dengan Jonghyun hari ini. Mood nya masih tidak baik semenjak kejadian tadi malam. Ia belum dapat menerima perkataan kasar Jonghyun terhadap dirinya. Namun ia juga tidak mampu menolak permintaan Halmoni. Ia hanya dapat berharap jika lelaki itu masih tidur di apartementnya sampai saat ini sehingga ia tidak perlu bertemu dengannya dan dapat membuat alasan kepada Halmoni.

Baru beberapa langkah setelah Yoona tiba di lantai enam ini, tiba-tiba ia melihat sosok yang tidak asing baginya. Adalah Lee Jonghyun yang tengah memeluk seorang gadis yang tidak lain adalah Tiffany. Yoona membeku ditempatnya. Kali ini Yoona dapat melihat jelas bahwa Jonghyunlah yang memeluk Tiffany. Yoona memegang dadanya. Sakit. Disini terasa sakit. Melihat kedua orang itu saling berpelukan membuat dada Yoona seperti tersayat-sayat. Yoona mundur selangkah berniat pergi meninggalkan tempat itu dan menghilang sejauh-jauhnya. Namun kakinya terasa begitu berat. Akhirnya, ia hanya dapat bersandar pada dinding paling dekat dengan tempatnya berdiri saat ini untuk menopang tubuhnya yang terasa semakin berat.

Setelah beberapa menit dalam posisi seperti itu dan setelah dirasakan kakinya sudah kembali kuat, Yoonapun melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat itu.

“Yoonie?”

Langkah Yoona terhenti ketika ia mendegar seseorang memanggil namanya. Yoonapun berbalik. Dilihatnya Tiffany yang berdiri beberapa meter di hadapannya. Sepertinya gadis itu hendak meninggalkan tempat ini.

“Aku baru saja akan mampir ke apartementmu”  ucap Tiffany riang sambil memasang senyum manisnya

Yoona tidak menjawab ucapan Tiffany melainkan melihat Jonghyun yang tengah berdiri beberapa meter dibelakang Tiffany. Dalam beberapa detik, mata mereka bertemu. Yoona kemudian membuang muka untuk menghindari kontak mata dengan lelaki itu. Kemudian Yoona berjalan cepat menghampiri Jonghyun.

“Dari Halmoni. Untukmu” ucap Yoona singkat sembari menyerahkan mangkok berisikan sup pasta kacang merah buatan Halmoni tanpa sedikitpun memandang lelaki itu

Jonghyun mengambil mangkok tersebut dari tangan Yoona tanpa mengeluarkan sepatah kata. Yoona segara berbalik meninggalkan Jonghyun setelah menyelesaikan tugasnya. Dan Tiffany segera berjalan mengikuti Yoona dari belakang.

 

-ooo-

 

“Yoonie” panggil Tiffany dari belakang Yoona. Gadis itu berlari menyusul Yoona yang berjalan cepat beberapa meter di depannya. “Aku ingin mengatakan sesuatu kepadamu”. Yoona berhenti dan menoleh ke arah Tiffany yang sudah berdiri di sampingnya.

“Aku… dan Jonghyun oppa-”

“Apa kau yang mengatakannya kepada Jonghyun?” potong Yoona tiba-tiba

“De? Apa maksudmu?” tanya Tiffany bingung

“Tentang statusku sebagai anak dari Im Seolong. Apa kau yang memberitahukannya kepada Jonghyun?”

“Ani” jawab Tiffany cepat. “Apa Jonghyun oppa mengetahuinya?” tanya Tiffany kaget

“Kau tidak usah mengelak, eonni. Lebih baik kau jujur padaku”

“Aku berani bersumpah bukan aku yang memberitahukannya, Yoonie” elak Tiffany mencoba menyakinkan Yoona. Ia memang merasa tidak pernah membocorkan rahasia Yoona itu kepada siapapun.

“Lalu siapa? Hanya kau satu-satunya orang yang mengetahui rahasiaku itu” tuduh Yoona

Tiffany memiringkan kepalanya. Terlihat tengah berpikir. Siapa yang memberitahu Jonghyun mengenai status Yoona tersebut? Atau mungkin Jonghyun mendapatkan informasi itu dari sebuah koran ataupun berita ekomoni di televisi? Kemungkinan itu bisa saja terjadi kan?

“Sudahlah eonni. Aku lelah. Aku ingin istirahat” ucap Yoona tiba-tiba sambil berlajan menjauhi Tiffany.

Tiffany hanya terpaku ditempatnya. Ia sendiri juga bingung dan tidak dapat menemukan jawaban atas permasalahan Yoona. Akhirnya iapun melangkah pergi meninggalkan apartement itu. Ia pikir, mungkin lebih baik tidak usah menemui Yoona dulu untuk saat ini agar tidak makin memperkeruh masalah. Lagipula, hari ini begitu banyak beban pikiran di kepalanya. Ia rasa, ia membutuhkan istirahat untuk beberapa waktu.

 

-ooo-

 

Keesokan hari pukul 11.30 KST @Seoul Hospital

Yonghwa berjalan santai menyusuri lorong lantai dua ruangan rawat inap VVIP Seoul Hospital. Hari ini seperti biasa, ia akan menjengguk ibunya di kamar rawat inapnya. Diliriknya sebuket bunga lili putih yang digenggam pada tangan kanannya. Iapun tersenyum. Ibunya pasti akan senang melihatnya karena bunga lili putih ini adalah bunga kesukaan ibunya.

“Selamat siang, Tuan Im” sapa seorang perawat yang berpapasan dengan Yonghwa

“Siang, suster. Apa ibuku sudah makan siang hari ini?”

Suster itupun mengganguk sambil tersenyum kepada Yonghwa. “Sudah, ia sedang makan saat ini”

Yonghwa menaikkan sebelah alisnya, bingung. Bukankah suster ini yang selalu mengurus ibunya? Jika suster ini sedang berada dihadapannya, lalu siapa yang menyuapi ibunya saat ini?

Seakan tahu apa yang sedang dipikirkan Yonghwa, suster itupun menjawab “Nyonya Han sedang makan siang dengan temanmu”

“Temanku?” tanya Yonghwa bingung

“Gadis yang sering menjenguk Nyonya Han. Nona Lee” jawab suster itu

“Ah, arasho” ucap Yonghwa sambil menggangguk mengerti. Iapun membungkuk singkat kepada suster tersebut lalu kembali berjalan menuju ruang rawat inap ibunya.

 

-ooo-

 

“Nah Seohyun-ah, aku sudah menceritakan tentang keluargaku kepadamu. Sekarang giliranmu untuk menceritakan tentang keluargamu kepadaku” ucap Nyonya Han yang saat ini tengah duduk bersandar di ranjangnya setelah kegiatan makan siangnya yang ditemani Seohyun.

Seohyun tersenyum simpul mendengar perkataan Nyonya Han. “Aku bingung harus menceritakannya dari mana, eommonim” jawab Seohyun sambil meletakkan piring kosong bekas makan siang Nyonya Han di atas meja kayu disamping lemari pendingin.

“Terserah kau mau menceritakannya dari mana. Aku akan mendengarkanmu”

Seohyun berjalan pelan dan duduk di kursi disamping ranjang Nyonya Han. Gadis itu terlihat berpikir sebelum memulai ceritanya. “Hmmm… Namaku adalah Lee Seohyun. Lee diambil dari marga keluargaku dan Seohyun yang berarti mutiara yang berharga”

Nyonya Han terkekeh kecil mendengar kalimat pembuka dari Seohyun. Gadis ini benar-benar lugu dan begitu lucu. “Waeyo?” tanya Seohyun polos. Bingung melihat reaksi Nyonya Han.

“Aniyo. Lanjutkanlah”

Seohyun mengangguk singkat kemudian melanjutkan kembali ceritanya. “Aku anak kedua dari dua bersaudara. Aku memiliki kakak laki-laki yang berusia tiga tahun lebih tua dariku. Aku, kakak, ayah, dan ibu tinggal disebuah rumah sederhana. Dulu kami merupakan keluarga kecil yang bahagia. Kami saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain” Seohyun terlihat menerawang jauh mengingat keluarganya beberapa tahun yang lalu. Senyum simpul terukir dibibir mungilnya.

“Namun, empat tahun yang lalu, orang tuaku bercerai. Ibuku membawa ku bersamanya meninggalkan rumah. Sejak itu, aku tidak pernah bertemu dengan ayah dan kakak ku sampai sekarang”

“Jadi kau tinggal dengan ibumu sekarang?”

Seohyun menggeleng lemah menjawab pertanyaan Nyonya Han. “Aniyo, eommonim. Ibuku saat ini pergi bekerja di Jepang”

“Meninggalkanmu sendirian?” tanya Nyonya Han kaget

“De. Sebenarnya ibuku pergi karena ada alasannya. Ibuku pergi bekerja di Jepang demi mengumpulkan uang untuk biaya operasi ku”

“Operasi?” ulang Nyonya Han. Seakan ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Seohyun. “Kau sakit apa, Seohyun-ah?” Terlihat raut cemas pada wajah tirus Nyonya Han ketika mendengar perkataan Seohyun.

“Sejak kecil, liverku tidak berfungsi dengan baik. Dokter bilang, aku mengalami gagal liver. Dan harapan satu-satunya untuk sembuh adalah dengan transplantasi hati”

“Omona!” pekik Nyonya Han sambil menutup mulut dengan tangan kanannya yang bebas dari jarum infus.

“Jadi karena itu, ibuku bekerja untuk biaya operasiku. Karena ibu tahu, biaya operasi untuk transplantasi hati tidaklah murah. Aku sendiripun tidak tahu persis dimana ibu bekerja saat ini. Ibu hanya mengirimku uang melalui bank setiap bulannya untuk biaya hidupku. Sebenarnya aku ingin agar ibu tetap berada disampingku. Menemaniku, merawatku jika aku sakit, menguatkanku. Namun aku tidak boleh egois, karena ibu pergi juga demi aku”

Nyonya Han mengusap lembut punggung tangan kanan Seohyun. Mencoba mengalirkan kekuatannya yang masih tersisa untuk gadis ini. Seohyun balas menggenggam tangan kanan Nyonya Han dengan tangan kirinya yang bebas. Gadis itupun kembali tersenyum simpul. Terlihat jelas gurat kesedihan dari manik matanya.

“Ah! Kau harus minum obat, eommonim” ucap Seohyun tiba-tiba. Ia hampir saja lupa memberikan obat untuk Nyonya Han setelah makan. Seohyun mengambil kotak obat Nyonya Han yang diletakkan di meja kecil disamping tempat tidur Nyonya Han. Gadis itupun mengambil beberapa jenis obat dari kotak tersebut sesuai dosis yang sudah ia ingat karena hampir dua bulan ini Seohyunlah yang selalu menyiapkan obat Nyonya Han seusai makan siang.

Hampir dua bulan ini Seohyun selalu menjengguk Nyonya Han di Rumah Sakit. Menemaninya dan mengajaknya mengobrol. Alasannya karena Seohyun tidak ingin Nyonya Han merasa kesepian. Semenjak kecil Seohyun sering keluar masuk Rumah Sakit. Rumah Sakit bagaikan rumah kedua baginya. Dan Seohyun tahu persis bagaimana rasanya tinggal di kamar rawat inap sendirian seperti ini. Sepi dan sunyi. Hanya bisa menatap sinar matahari dari balik jendela kamar tanpa bisa merasakan hawa hangatnya. Sungguh pengalaman yang tidak menyenangkan. Dan Seohyun tidak ingin Nyonya Han merasakan apa yang ia rasakan dulu. Maka dari itu, ia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk Nyonya Han.

“Eommonim, berjanjilah satu hal padaku. Kau harus cepat sembuh. Demi Tuan Han dan Yonghwa oppa” ucap Seohyun sambil mengambil gelas kosong dari tangan Nyonya Han. Nyonya Han pun menatap Seohyun teduh kemudian mengganggukkan kepalanya pelan. “Kau juga Seohyun-ah. Berjanjilah untuk cepat sembuh. Demi aku dan Yonghwa”

 

-ooo-

 

Yonghwa menjatuhkan buket bunga lili putih dari genggaman tangan kanannya. Seluruh tubuhnya terasa lemah bagai tersengat aliran listrik bertegangan tinggi. Ia bahkan meragukan pendengarannya kali ini. Liver? Itukah jawaban dari seluruh pertanyaan Yonghwa selama ini? Seohyun mengalami gagal liver? Yonghwa menyandarkan tubuh lemahnya didepan pintu kamar ibunya. Ia mendengar semuanya. Semua yang ibunya dan Seohyun bicarakan dari balik pintu ini. Kenapa harus Seohyun? Kenapa juga harus ibunya? Kenapa semua orang yang disayanginya mendapatkan cobaan yang begitu berat? Yonghwa menarik napas. Berat. Rasanya untuk menarik napas saja berat. Dadanya terasa ngilu mengetahui semua kenyataan ini.

Yonghwa menatap kosong langit-langit Rumah Sakit diatasnya. Berdoa didalam hati meminta belas kasihan pada sang pencipta “Tuhan, tolong pulihkan mereka. Jangan ambil mereka dariku. Mereka adalah udara dan jantungku. Jika kau mengambil salah satunya, maka akupun juga akan mati” Batinnya.

-ooo-

Pukul 22.10 KST

Yoona duduk sambil mengayunkan kakinya pelan di bangku halte sambil sesekali melirik ke sisi kiri jalan untuk melihat apakah bus yang akan ia tumpangi sudah tiba. Namun sampai saat ini jalanan masih terlihat sepi. Belum ada tanda-tanda bus akan tiba. Sudah sepuluh menit Yoona menunggu di halte ini semenjak keluar dari cafe.

Yoona menghembuskan napas pelan dan menggosok kedua tangannya untuk memberikan sedikit kehangatan keseluruh ujung-ujung jarinya. Yoona juga mengeratkan hoodie berwarna merah marunnya. Sekarang memang sudah memasuki pertengahan bulan September yang berarti musim gugur sudah tiba. Angin musim gugur yang kuat berhembus, cukup membuat seluruh bulu roma meremang kedinginan.

Yoona menatap langit diatasnya. Gelap. Tidak ada satupun bintang yang terlihat malam ini. Bahkan bulanpun tidak terlihat cahayanya. Entah kenapa Yoona merasa sedih. Malam ini terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya. Tidak ada lagi bintang yang berkilauan menghiasi langit abu-abunya, tidak ada lagi bulan berbentuk lingkaran penuh yang bersinar terang menghiasi malamnya, dan tidak ada lagi seorang lelaki yang duduk diam tanpa suara sambil memandang langit disampingnya.

Yoona menghela napas kasar. “Ah… dasar bodoh” gumamnya pelan. Entah kepada siapa ia tujukan kalimat itu. Kepada dirinya sendiri atau kepala lelaki keras kepala yang sudah tidak ada lagi disampingnya itu. Yoona merasakan sebuah kekosongan di hatinya. Rasanya ada lubang kecil yang terpatri pada dinding hatinya. Seakan lubang kecil itu menyerap habis rasa bahagianya selama beberapa hari ini. Dan sampai saat ini Yoona tidak tahu bagaimana caranya menambal lubang itu.

Tin!! Tin!!

Suara klakson motor membuyarkan lamunan Yoona. Dilihatnya motor sport berwarna hitam metalik berhenti tepat didepannya. Orang yang mengemudikan motor itupun membuka helm yang menutupi wajahnya.

“Butuh tumpangan, Nona?” tawar si pemilik motor

“Minhyuk-ah?” tanya Yoona sambil memicingkan mata untuk memperjelas penglihatannya

“Naiklah. Aku akan mengantarkan mu pulang”

 

-ooo-

 

Jonghyun berjalan pelan menyusuri pemukiman padat penduduk yang sudah ia kenal ini. Kakinya begitu pegal dan tubuhnya begitu lemas seperti kehabisan tenaga. Seharian ini ia bersama sahabatnya, Cho Kyuhyun pergi ke daerah Seocho-gu untuk mencari saksi mata pada kejadian empat tahun yang lalu. Kyuhyun berhasil mendapatkan informasi mengenai saksi mata itu dari salah seorang penduduk di Yeoksam -lokasi tempat terjadinya perkara empat tahun yang lalu-. Dari situ mereka mengetahui informasi bahwa saksi mata yang selama ini mereka cari telah pindah ke daerah Seocho semenjak tiga tahun yang lalu. Setelah mendapatkan informasi kecil yang berharga itu, Jonghyun dan Kyuhyun segera melakukan pencarian di daerah pemukiman elit tersebut tanpa sedikitpun petunjuk mengenai alamat lengkapnya. Mereka tidak mau membuang-buang waktu lagi. Namun sayang, dihari ketiga pencarian mereka ini, mereka belum berhasil menemukan keberadaan lelaki itu. Lelaki bertubuh tinggi dan berambut panjang, yang mereka ketahui bernama Lee Jungshin.

-ooo-

“Kamsha Hamnida, Minhyuk-ah” ucap Yoona sembari mengembalikan helm yang tadi ia kenakan kepada Minhyuk. Minhyuk menjawabnya dengan anggukan kemudian tersenyum memperlihatkan eye smile-nya kepada Yoona.

“Aku tidak tahu jika kau tinggal disini” Minhyuk terlihat memperhatikan apartement tua berlantai lima dihadapannya.

“Aku baru pindah beberapa bulan yang lalu kesini” jelas Yoona sambil ikut memperhatikan apartement tempatnya tinggal. Minhyuk hanya mengganggukkan kepalanya mengerti.

“Kau selalu pulang sendiri setiap malam?” tanya Minyuk kepada Yoona. Yoona mengganggukkan kepalanya ragu. Sebenarnya ia selalu pulang bersama lelaki itu tiap malam. Namun ia tidak mau membicarakan hal itu saat ini. Jadilah Yoona berbohong untuk menghindari pertanyaan lebih lanjut dari Minhyuk yang pastinya akan berujung pada pembahasan tentang lelaki itu.

“Mulai besok, aku akan mengantarkanmu pulang”

“Tidak usah, Minhyuk-ah. Aku tidak mau merepotkanmu”

“Kau tidak boleh menolak. Yang tadi itu bukan tawaran, tapi paksaan dariku. Lagipula aku tidak merasa direpotkan, Nona Im” ucap Minhyuk sambil menyentil dahi Yoona.

“Ya!! Appo!” rengek Yoona sambil mengelus dahinya. Minhyuk terkekeh pelan melihat reaksi Yoona kemudian mengacak  rambut Yoona gemas.

“Dasar ajushi genit” ledek Yoona sambil menahan tangan jahil Minhyuk dengan kedua tangannya

“Mwo? Ajushi?” Minyuk kembali mengacak gemas rambut Yoona. Tidak terima dengan perkataan gadis itu kepada dirinya. Dan keduanyapun saling bercengkrama sambil tertawa lepas di depan apartement tua itu.

“Oh, Jonghyun hyung” ucap Minhyuk tiba-tiba sambil menghentikan kegiatannya mengacak rambut Yoona

Yoona terdiam dan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Minhyuk kemudian mengikuti arah pandang Minhyuk ke sisi kirinya. Beberapa meter dari tempatnya saat ini, tengah berdiri lelaki itu, Lee Jonghyun. Jonghyun menatap Yoona tajam. Wajahnya tanpa ekspresi dan terlihat sangat tidak bersahabat malam ini. Selama beberapa detik, mata mereka beradu. Akhirnya Yoona membuang muka untuk menghindari kontak matanya dengan Jonghyun lebih lama.

Jonghyun berjalan pelan menghampiri kedua orang itu. Entah kenapa, ia merasa kesal melihat pemandangan di depannya saat ini. Melihat tangan kedua orang itu yang saling bertautan, melihat gadis itu yang tertawa lepas didepan lelaki itu, semua itu membuat Jonghyun kesal. Bahkan tanpa sadar, kedua tangannya terkepal kuat. Ingin rasanya ia menarik gadis itu untuk pergi bersamanya dan meninggalkan lelaki itu. Namun ia hanya dapat memendam keinginannya itu. Sebisa mungkin ia mengontrol ekspresi wajahnya agar tetap terlihat tenang.

“Annyeong Haseyo, hyung. Bagaimana kabarmu?” sapa Minhyuk ramah sambil membungkukkan tubuhnya. “Aku terkejut saat mengetahui kau berhenti dari cafe”

Jonghyun membalas sapaan Minhyuk hanya dengan anggukan kecil. “Aku masuk duluan. Maaf mengganggu kalian” ucap Jonghyun singkat sambil berlalu memasuki apartement tanpa kembali melihat ke arah Yoona.

Yoona mendengus kesal melihat kelakuan Jonghyun. Lelaki itu benar-benar tidak tahu sopan santun. Minhyuk jelas-jelas sudah menyapanya dengan ramah, namun ia hanya menanggapinya dengan anggukan kecil. Yoona benar-benar tidak habis pikir dengan sikap lelaki itu.

“Masuklah. Hari sudah mulai malam” ucapan Minhyuk. Yoona menggangguk menuruti perkataan Minhyuk. “Kamsha Hamnida, Minhyuk-ah” ucap gadis itu kembali, tepat sebelum ia masuk kedalam apartementnya.

 

-ooo-

 

Satu Minggu kemudian 16.00 KST @ Mango Six Cafe & Resto, Sinsa-dong, Seoul

Tiffany mengaduk pelan Hot Chocolate didepannya tanpa minat sambil menopang dagunya pada tangan kanannya malas. Sudah hampir sepuluh menit ia duduk sendiri di cafe ini tanpa melakukan apapun. Tiffany mengedarkan pandangannya menuju pintu masuk cafe. Belum ada tanda-tanda orang itu akan datang. Gadis itupun mendengus kesal kemudian mengeluarkan smart phone dari dalam tas Gucci berwarna hitamnya. Tiffany mengetikkan cepat sebuah pesan pada ponsel berlayar sentuhnya itu.

To: My Mom

Eomma, dia belum datang. Jika dalam lima menit ia belum juga datang, maka aku akan pergi.

Tiffany menaruh ponselnya asal di atas meja kemudian menggembungkan pipinya kesal. Hari ini eomma-nya menyuruhnya untuk bertemu dengan calon tunangannya untuk yang pertama kali. Tiffany awalnya menolak, namun eomma-nya terus memaksa sehingga akhirnya Tiffany menuruti kemauan eomma-nya tersebut. Namun lihatlah sekarang, pada janji pertamanya saja lelaki itu sudah telat hampir lima belas menit. Dan itu jelas akan mengurangi penilaian Tiffany terhadap lelaki itu.

“Tiffany-sii?” tanya seseorang dari arah samping kanan Tiffany. Tiffany menoleh dan menangkap sosok pria dengan setelan jas rapih tersenyum ramah ke arahnya. “Maaf aku telat. Tadi urusan di kantor belum selesai sehingga aku belum bisa meninggalkan kantor” jelas lelaki itu sambil berjalan ke arah kursi di hadapan Tiffany.

“Perkenalkan, aku Lee Jungshin” lelaki itu mengulurkan tangannya kehadapan Tiffany

“Tiffany Hwang” balas Tifany sambil menyambut uluran tangan lelaki itu

“Kau mau makan apa? Aku akan mentraktirmu sepuasnya untuk menebus keterlambatanku hari ini”

“Sepuasnya?” ulang Tiffany. Jungshin menggangguk cepat sambil tersenyum lebar. “Oke” jawab Tiffany datar sambil membuka daftar menu didepannya.

-ooo-

“Jadi kau bekerja sebagai model ambasador untuk Lotte Mall sekarang?” tanya Jungshin sambil melirik ke arah Tiffany. Tiffany menggangguk sambil masih fokus pada kegiatan memotong beef steak dihadapannya.

“Kau sendiri? Kau kerja dimana?” tanya Tiffany sambil menyuap sepotong beef ke dalam mulutnya

“Heaven Coorp. Aku bekerja sebagai asisstent pribadi General Manager”

“Hmmm…” gumam Tiffany diikuti dengan anggukan kecil. Jadi Jungshin merupakan salah satu pekerja pada perusahaan ayah Yoona

Tiba-tiba terdengar bunyi dari ponsel milik Jungshin. Jungshin melirik ponselnya sekilas lalu menyimpannya kembali ke dalam saku jas nya.

“Kau tidak mengangkatnya? Mungkin itu telpon penting”

“Tidak apa. Kurasa itu telpon dari kantor. Aku sedang bersama mu saat ini”

“Gwenchanna. Jawablah” ucap Tiffany sambil tersenyum

Jungshin mengangguk singkat kemudian kembali mengambil ponsel yang masih sibuk berdering dari dalam saku jas nya dan menjawab telpon tersebut.

“Nuguseyo?”

“…..”

“De. Saya asisstent pribadinya. Ada masalah apa?”

“…..”

“De???”

“…..”

“Baiklah. Saya akan segera kesana!”

Jungshin menutup ponselnya kemudian mengeluarkan dompetnya dengan terburu-buru. Tiffany melihat Jungshin dengan tatapan bingung. Namun ia tidak mengeluarkan komentar sepatah katapun.

“Maaf, aku harus pergi. Ada urusan mendesak” ucap Jungshin sambil menyerahkan kartu kreditnya kepada pelayan yang telah tiba. “Ku harap kau mengerti” lanjut Jungshin sambil beranjak dari kursinya dan merapihkan jas sekenanya.

“Aku ikut” pinta Tiffany tiba-tiba

-ooo-

 

“Tsk! Kenapa dia tidak mengangkat panggilan dariku?” omel Jungshin disela-sela kesibukkannya menekan tombol ponselnya

“Tenanglah. Jangan panik seperti itu, kau sedang menyetir” ucap Tiffany yang saat ini tengah duduk di bangku samping Jungshin. Mencoba menenangkan Jungshin yang sedari tadi terlihat seperti orang stress yang sedang dikejar-kejar penagih hutang.

“Aku tidak bisa tenang. Ini masalah penting” jawab Jungshin masih sambil mencoba menghubungi seseorang dari ponsel genggamnya

“Hyung! Kenapa kau baru mengangkat panggilanku??” omel Jungshin ketika ia berhasil tersambung oleh seseorang diseberang sana

Waeyo, Jungshin-ah? Kenapa kau terdengar panik begitu?

“Hyung! Baru saja aku mendapatkan telepon dari Seoul Hospital. Ibumu Haera Ahjuma, beliau ____ “

 

-ooo-

Halo… Ketemu lagi di part 9 ini. Bagaimana ceritanya? Semakin menarikkah? Atau malah semakin membosankan?

Lagi-lagi maaf atas keterlambatan untuk update FF Crush ini. Sebagai permintaan maaf, Part kali ini aku buat sebanyak 20 halaman Ms. Word *tepuktangan. Semoga para reader puas bacanya… Hehehe…

Oiya, aku cukup senang dengan respon dari Part sebelumnya. Banyak yang view dan banyak pula yang kasih comment membangun. Duuuh… Bener2 terimakasih banget buat para reader yang setia membaca karya ku ini. Sebagai kalimat penutup, aku ucapkan Selamat membaca dan Terimakasih *bow Sampai ketemu di part selanjutnya…

47 thoughts on “Crush [Part 9]

  1. annyeong authornim yang seperti biasa ff nya selalu keren hehehe 🙂
    wah ini 20 halaman? ngga terasa saking serunya baca ehhh udah abis -_- hihihi
    ditunggu kelanjutannya ya 🙂
    hwaiting!!

  2. ceritanya makin seru kookk.. Konfliknya makin buat gregetan.. Apalagi si Jonghyun Pabo ituuu… Bikin kesel sama kelakuannya.. Hehehe…

    ditunggu part selanjutnya…

    hwaitiingg authorniimm… ^^

    • Maaf ya. Aku emang buat karakter jonghyun yg keras kepala sekaligus tertutup bgt disini. Dan pas part ini emang diliatin sisi jonghyun yg bs meledak kyk bom waktu..
      Tungguin aja part selanjutnya. Nnti bakal ada sweet moment lg koq.. 😉

  3. konfliknya 1/1 mulai kelihatan.,, (?)
    ya,akhirnya lee jungshin dengan tiffany (?)…
    yoona,jonghyun buat penasaran gitu,,, apalagi ada yg jealous sama seseorang akibat dekat dengan seseorang (!!!) kekeke…
    yonghwa, seohyun makin penasaran nie..

    part selanjutnya ditunggu…
    fithing.. 🙂

  4. Akhirny d post jga… Keren sih tp Q rda kcewa coz yoona jOnghyun ga da mometn ny deh. Hehe… Nex part ny cepetn ea … …. …,, seminGgu gmna ? Heehe. Jngn lupa jongna ny d prbnyk… Gumawo !!…

    • Maaf ya klo mengecewakan…
      Aku kan ga bs cm fokus ke moment yoona dan jonghyun aja. Jalan cerita juga mesti aku perhatikan agar menarik. Apa menariknya cerita klo ga ada konflik?
      Soal update, aku ga bs janji bs 1 minggu. Soalnya pekerjaanku juga byk selain nulis ini. Jujur, aku kerja di dua tempat dr senin sampai senin lagi. Dan waktu untuk menulis ff ini sungguh sangat terbatas
      Jadi mohon pengertiannya ya…

  5. hai 🙂 maaf ya baru komentar di part ini, suka banget sama jalan ceritanya keren 🙂
    Tetap Semangat 🙂
    Terima Kasih 🙂

  6. makin seru sumpah! 20 hal ya? ko gak kerasa ya? saking serunya ampe gak ngeh klo ff ini panjang. aku gemes banget sama jonghyun ayolah jangan kejam gitu ama yoona. saksi kecelakaan jonghyun itu tunangannya tifany. mmh.. lanjut author!

  7. hai,thor aq reAder bRu n mian ru comEnt….! wah,kira2 c’pa yG nbRak jOnghYun jNgn smpe yOnghwa yG nBrk jOnghyun…! kyk’y joNghYun dAh muLai nakSir yoona niE…! LnjUt thOr fighTing 😉

  8. suka banget sama ceritanya, berbakat banget banget author 🙂 aku penasaran banget sama cerita slanjutnya. aku tunggu :))

  9. ahhhh sebenernya sedih gitu liat yoona ma jonghyun slh paham gini tp seru jg kalo ngeliat mereka gini jd ga lurus2 aja haha…
    dan bener ternyata hyun pny penyakit parah huhu. dan yong ternyata udh cinta ya ma hyun ahhh kasian yong.
    ini knp eomma yong ga nanya2 yoona kasian tar kalo yoona ga dikasi tau terus.
    ayeahhh tiffany udh lepas ma jonghyun. dan ternyata jonghyun cr tau jg tentang yoona hihi. kejadian 4th lalu mulai terungkap ya. ahh bener ternyata ada hubungan ma keluarga yoona pst yg nabrak lari ayah yoona deh. itu saksinya ternyata jungshin ihhh.
    ah tunggu bgt part selanjutnya ampe tamat. semangat author

  10. Pertanyaanku terjawab hampir smua..
    Knp jonghyun masih mencari pelaku tablak lari itu ? Minta pertanggung jawaban ? Dalam bentuk apa ? Lanjut

  11. omo trnyta jungsin saksi mata smuanya O.o
    bner2 sling trkait ya tiap cast disini..hmmff brhrap bkn yong yg nabrak jong *amin brhrap yg laen ja yg nabrak *amin
    ciee jong mulai cemburu tuh lyat hyuk dket ma yoon hihihi
    yong jga sprtinya cinta seo dh hihihi
    tp ibu yong sprtinya gawat ya? klo ya seandai trjadi ssuatu smoga akn ada donor bwt seo heheh *apacoba
    next part 10, stlh aqu visit pasien. pasien qu jg sdh mnunggu *abaikan 🙂

  12. Astaga Hyun Liver? knpa separah itu? 😦
    Yonppa udh jtuh cnt ma Hyun dia mngatakan klau eomma dan hyun sebgai nafas dan jantungnya hehehe Hyun kau harus mnjga kshtanmu 🙂 ada sseorang yg sangt mbyayangimu 🙂
    Jong ma Yoona bertngkar… kkk Jong juga udh cmburu dengan Minhyuk wkwkwk
    ada apa dengan eomma Yong???

  13. waaa semuanya berhubungan…..
    aku berpendapat bahwa ibunya yonghwa
    mau mendonorkan livernya ke seo
    *abaikan pemikiran readers sotoy ini*
    ayooo lanjutkan, hwaiting!^^~

  14. Duh…jonghyun…cemburu kali ya….
    Chingu maaf yah…kasih masukan tp maaf sblumnya.kan jonghyun tangan kirinya cacat tak ada tenaga/lemah tp afa kalumat karena kesal jonghyun tnpa sadar kedua tangannya sfah mngepal.
    Waduh…apa yg terjadi dg eomma yoona,kan yoona blum ketemu….

  15. lah..lah…lah…
    to be continuedx g pada t4x
    ada apa dg eomma yonghwa????
    truz ntu yong oppa dah suka ma hyunnie y?kok pke blg udara q ma jantung q…????agak aneh se d liat dr interaksi mrka yg minim..
    oia bang jonghyun cemburu euy…liat yoona ma minhyuk!!kekekeke♥♥

  16. Aiiisshh kapan jongyoon mulai ehem2,,lama deeehh…
    Eehh itu ibunya knp??kok yoona gag dikasi tau is keadaannya ibunya skrg ini..
    Neexxt

  17. Omo! Jd tiffany bakal sama jungshin?
    Baguslah . Biar gak ada gangguan antara yoona dan jonghyun.
    Btw ada yg cemburu nihh liat yoona sama minhyuk. Cie cie !

Leave a comment