Crush [Part 8]

crush coverJudul: Crush – part 8

Main Cast:

Lee Jonghyun CN Blue sebagai Lee Jonghyun

Im Yoona SNSD sebagai Im Yoona

Other Cast:

Jung Yonghwa CN Blue sebagai Im Yonghwa

Seo Johyun SNSD sebagai Lee Seohyun

Tiffany Hwang SNSD sebagai Tiffany Hwang

Kim Taeyeon SNSD sebagai Kim Taeyeon

Im / Han Haera (OCs)

Kim Ahjuma (OCs)

Rating: PG-15

Lenght: Chaptered

Genre: Romance, Angst, AU

Prolog Part 1Part 2Part 3Part 4Part 5Part 6Part 7

“Aku adalah orang yang selalu mencintainya” jawab Tiffany sambil tersenyum. Terlihat keseriusan dibalik ucapannya. Yoona hanya diam terpaku. Masih belum ingin mengeluarkan komentar sepatah katapun tentang pernyataan Tiffany tadi.

“Tapi aku bukan siapa-siapanya sekarang. Tenang aja Yoonie” lanjut Tiffany sambil menyandarkan dirinya di bangku tempatnya duduk saat ini

“Maksudmu?” tanya Yoona tidak mengerti

“Empat tahun lalu aku dan Jonghyun oppa memang berhubungan dekat. Yah, kau tahu maksudku” terang Tiffany menggantung

Yoona hendak angkat bicara lagi. Ingin menanyakan lebih lanjut maksud perkataan Tiffany. Tapi ia urung mengatakannya. Ia tahu, itu adalah masalah pribadi Tiffany dan ia tidak punya kapasitas untuk mengorek informasi mengenai hal itu lebih dalam.

Tiffany yang dapat membaca gelagat penasaran Yoona hanya bisa memasang senyum. “Kau boleh menanyakan apapun yang ingin kau ketahui, Yoonie. Tanyalah” Tiffany justru terlihat tidak keberatan untuk membicarakan lebih lanjut masalahnya dan Jonghyun. Entah kenapa, ia mulai merasa nyaman berbicara dengan Yoona. Dan ia tidak keberatan untuk menceritakan masa lalunya dengan Jonghyun kepada Yoona.

Yoona menelan ludahnya sebelum angkat bicara. “Kau… Sudah putus dengan Jonghyun? Kenapa?” tanya Yoona masih terlihat ragu-ragu

“Kami putus karena aku meninggalkannya empat tahun yang lalu. Tepat ketika Jonghyun oppa mengalami kecelakaan itu”

“Kecelakaan??” ulang Yoona kaget. Yoona baru sekali ini mendengar bahwa Jonghyun pernah mengalami kecelakaan

“Kau tidak tahu? Jonghyun oppa tidak pernah menceritakannya kepadamu?” Tiffany balik bertanya

“Ani” jawab Yoona cepat. Tiffany yang telah lama mengenal Jonghyun merasa tidak aneh dengan hal itu. Dari dulu Jonghyun memanglah orang yang tertutup dan tidak suka membicarakan masalah pribadinya kepada orang lain. Tiffany terlihat berpikir. Menimbang apakah ia harus menceritakan kejadian itu kepada Yoona atau tidak. Karena sebenarnya, ia tidak berhak menceritakan masalah Jonghyun kepada orang lain. Namun mengingat Yoona yang tadi telah mencoba jujur dengannya, Tiffanypun memutuskan untuk menceritakan kejadian yang menimpa Jonghyun empat tahun yang lalu itu.

“Empat tahun yang lalu Jonghyun oppa mengalami kecelakaan. Tabrak lari”

Yoona mengernyikan dahinya. Tabrak lari? Jonghyun pernah mengalami kejadian seperti itu? Banyak pertanyaan yang berputar dibenak Yoona, namun ia masih tidak mengeluarkan komentar apapun. Masih menunggu penjelasan Tiffany kembali.

“Kau tahu kalau tangan kiri Jonghyun oppa tidak berfungsi dengan baik kan? Itu karena kecelakaan empat tahun yang lalu itu. Tangan kirinya cacat karena kecelakaan itu” lanjut Tiffany serius

Perkataan Tiffany kali ini sukses membuat Yoona terlonjak kaget. Jadi tangan kiri Jonghyun seperti itu karena kecelakaan tabrak lari? Sebegitu parahkah kejadian itu? Selama ini Yoona berpikir bahwa tangan kiri Jonghyun memang telah seperti itu sejak lelaki itu lahir. Tapi ternyata dugaan Yoona selama ini salah. Ternyata ada cerita menyedihkan dibalik cacatnya tangan kiri Jonghyun itu.

“Keesokkan harinya setelah kecelakaan itu, aku pergi meninggalkannya. Aku pergi karena ayahku dipindah tugaskan ke Paris. Aku sendiripun baru tahu mengenai kejadian itu setelah satu minggu kemudian” kali ini suara Tiffany terdengar lirih. Gadis itu terlihat menerawang mengingat kejadian empat tahun yang lalu itu. “Seandainya saja aku tahu lebih awal, mungkin aku tidak akan pergi dan tetap tinggal di Korea untuk menemaninya menghadapi masa-masa sulit itu. Walaupun orang tuaku akan menentang keputusanku” kali ini Tiffany segera menghapus setitik cairan bening tiba-tiba yang keluar dari sudut mata indahnya.

Tiffany menarik napas panjang mencoba kembali menenangkan dirinya. Setelah merasa sedikit lebih tenang, iapun kembali melanjutkan ceritanya. “Sejak kejadian itu, kehidupan Jonghyun oppa berubah. Bahkan pihak managementnya memutuskan kontrak dengannya karena Jonghyun oppa dianggap tidak berkompeten lagi-“

“Tunggu” kali ini Yoona memotong perkataan Tiffany. “Pihak management? Apa maksudmu?” tanya Yoona penasaran

“Dulu Jonghyun oppa sempat debut. Apa kau tidak tahu?”

“Ani” jawab Yoona sambil menggeleng cepat

“Jonghyun oppa, dia sempat debut sebagai seorang penyanyi solo sambil bermain gitar. Namun seminggu setelah ia debut, kecelakaan itu terjadi. Karena Jonghyun oppa tidak bisa lagi bermain gitar, maka pihak management memutusan kontraknya dengan Jonghyun oppa. Jonghyun oppa bahkan diharuskan membayar denda karena dianggap melanggar kontraknya dengan management. Selain itu, Jonghyun oppa juga harus membayar biaya perawatan dan biaya operasinya yang cukup mahal. Dan karena hal itu, kehidupannya berubah. Bahkan aku dapat kabar bahwa ibu dan adik perempuan Jonghyun oppa sampai pergi dari rumah”

Lagi-lagi Yoona dikejutkan dengan fakta yang baru saja dibeberkan Tiffany mengenai Jonghyun. Jonghyun yang mengalami kecelakaan, Jonghyun yang sempat debut sebagai seorang penyanyi, Jonghyun yang memiliki adik perempuan. Yoona tidak mengetahui semua hal tersebut sama sekali. Dan itu membuat Yoona makin tersadar, bahwa selama ini ia sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai Lee Jonghyun.

“Kau menyukai Jonghyun oppa kan, Yoonie?” Pertanyaan tiba-tiba Tiffany itu sukses membuat Yoona terbelalak kaget.

“A-Ani. Itu tidak mungkin oenni” elak Yoona cepat. Tiffany tersenyum lembut ke arah Yoona. Yoona tidak habis pikir, kenapa gadis didepannya ini terlihat begitu tenang menanyakan hal seperti itu kepada dirinya.

“Aku bisa melihatnya, Yoonie. Sebagai sesama seorang wanita, aku bisa melihat kalau kau memiliki perasaan khusus untuknya” ucap Tiffany tenang

“A-Aniyo, eonni. Aku tidak mungkin-“

“Jangan membohongi dirimu, Yoonie” potong Tiffany. “Aku tidak masalah jika kau juga menyukainya. Mari kita berusaha mendapatkan cintanya dengan cara kita masing-masing. Ayo kita bersaing dengan cara sehat”

Yoona terbelalak kaget mendengar perkataan Tiffany barusan. Gadis itu jelas-jelas telah mengumandangkan sebuah kata persaingan dengan Yoona. Namun gadis ini justru terlihat tenang dan santai.

“Apa maksudmu oenni?” tanya Yoona tidak mengerti sekaligus kehabisan kata-kata menghadapi perkataan Tiffany barusan.

“Ayo kita bersaing untuk mendapatkan hati Tuan Lee Jonghyun” jawab Tiffany tenang sambil menyeruput air mineral dihadapannya.

-ooo-

22.00 KST @ Amore Cafe

“Yoon-ah, bisa bantu aku?” tanya Kim ahjuma sambil berjalan ke arah Yoona yang tengah bersiap-siap untuk pulang

“De. Apa itu ahjuma?”

“Bisa tolong kau buatkan rekap pemasukan cafe hari ini? Biasanya Minhyuk yang mengerjakannya, tapi hari ini dia tidak masuk”

Yoona melirik jam tangannya sekilas. Sudah pukul sepuluh malam. Hari memang sudah larut dan jam kerjanya di cafe pun sudah habis, namun Yoona juga tidak mungkin menolak permintaan Kim ahjuma. “De, ahjuma” setuju Yoona pada akhirnya.

Setelah berkutat dengan buku catatan pemasukkan cafe selama hampir 45 menit, akhirnya Yoona dapat pamit pulang kepada Kim ahjuma. Yoona tanpa membuang waktu segera keluar cafe dan berjalan ke halte tempat biasa ia menunggu bus. Jarak halte bus dari cafe tempatnya bekerja butuh waktu tiga menit dengan berjalan kaki. Yoona dapat melihat jalanan yang mulai lenggang oleh kendaraan dan orang-orang yang lalu lalang. Yoona melangkahkan kakinya lebih cepat. Khawatir apakah bus yang akan ia tumpangi masih beroperasi sampai jam ini atau tidak, ditambah ini kali pertamanya Yoona pulang malam ke daerah apartement barunya.

Beberapa langkah mendekati halte, Yoona dapat melihat seseorang yang sedang duduk di halte tersebut, mungkin orang itu sedang menunggu bus juga. Dalam hati Yoona bersyukur, setidaknya ia memiliki teman untuk menunggu bus bersama. Namun, Yoona terkejut ketika langkahnya semakin mendekati halte dan dapat menangkap dengan jelas sosok yang sedang duduk sendiri di halte bus tersebut.

“Lee Jonghyun-sii?” tanya Yoona ragu. Lelaki itupun menoleh setelah mendapati seseorang memanggil namanya.

“Kau… Kenapa masih ada disini?” tanya Yoona bingung. “Apa busnya tidak datang dari tadi?” Yoona mencoba menerka pertanyaannya sendiri sebelum lelaki dihadapannya sempat menjawab. Yoona sedikit bingung, karena setahunya Jonghyun telah pulang lima puluh menit yang lalu dari cafe namun kenapa sampai sekarang ia belum juga mendapatkan bus?

“Ottokhe?? Aku pulang dengan apa?” tanya Yoona panik. Terlihat jelas raut khawatir di wajahnya. Yoonapun menoleh ke sisi kanan dan kiri jalan untuk melihat apakah akan ada tanda-tanda bus yang datang. Namun sejauh penglihatannya, jalanan didepan ini sepi seutuhnya. Bahkan tidak ada satupun kendaraan yang lewat semenjak Yoona tiba di halte ini. Yoona mengernyitkan dahinya cemas, ia tidak bisa membayangkan kalau harus pulang dengan taxi malam ini karena bagi Yoona biaya taxi terlalu mahal. Terlebih semenjak ia memutuskan untuk tinggal dan menanggung hidup seorang diri.

“Duduklah” Jonghyun akhirnya membuka suara setelah melihat perilaku Yoona yang terlihat gelisah sedari tadi. Ia bahkan belum sempat menjawab pertanyaan gadis itu, namun gadis itu sudah terlebih dahulu berasumsi yang tidak-tidak. Yoonapun menurut dan duduk disamping kiri Jonghyun.

Lima menit dalam posisi seperti itu, dan selama itu pula tidak ada percakapan yang terjadi antara mereka berdua. Lagi-lagi suasana kaku dan canggung selalu dirasakan Yoona ketika ia bersama lelaki disampingnya ini. Yoona melirik sedikit kearah Jonghyun. Lelaki itu tengah memandang lurus kedepan, entah apa yang sedang dipikirkannya. Namun ia terlihat begitu tenang, berbeda sekali dengan Yoona. Yoonapun melirik kearah lengan kiri Jonghyun, dengan seketika ingatannya kembali menguak pada pertemuannya dengan Tiffany siang tadi.

Selain menceritakan mengenai kecelakaan yang terjadi pada Jonghyun empat tahun yang lalu, Tiffany juga menceritakan bahwa sampai saat ini Jonghyun masih mencari pelaku yang menabrak dirinya pada malam empat tahun yang lalu tersebut. Sampai saat ini kasus tabrak lari itu belum juga terungkap. Belum ditemukannya saksi serta bukti sampai saat ini menyebabkan kasus itu harus ditutup oleh pihak kepolisian pusat. Yoona mungkin sedikit dapat merasakan kekecewaan Jonghyun. Jonghyun pasti menginginkan ditegakkannya keadilan pada kasusnya ini. Karena pasalnya, kejadian itulah yang mengubah kehidupan Jonghyun hingga menjadi seperti sekarang. Jika kecelakaan itu tidak terjadi padanya, mungkin saat ini Jonghyun telah menjadi penyanyi terkenal di Korea, mungkin Jonghyun masih tetap memiliki keluarga yang utuh dan bahagia, mungkin Jonghyun masih tetap mencintai Tiffany dan mungkin juga Jonghyun tidak akan pernah mengenal Yoona.

“Datang” suara lembut Jonghyun membuyarkan lamunan Yoona. Yoona menatap Jonghyun dan memiringkan kepalanya bingung. Karena sejujurnya, ia tidak mendengar dengan jelas perkataan Jonghyun tadi.

“Busnya datang” jelas Jonghyun sambil menatap wajah Yoona yang masih terlihat kebingungan. Yoona akhirnya mengerti dan hanya dapat mengganggukkan kepalanya pelan.

-ooo-

Setelah menempuh perjalan 30 menit dengan bus dan 5 menit jalan kaki dari halte, akhirnya Yoona dan Jonghyun tiba di apartement mereka. Yoonapun pamit pada Jonghyun ketika ia harus berbelok ke sisi kanan lorong di lantai lima tempat apartementnya berada. Namun sebelum Yoona sempat melangkahkan kakinya, Jonghyun terlebih dahulu memanggilnya.

“Ya!” panggil Jonghyun. Yoonapun menoleh karena ia tahu Jonghyun tengah memanggil dirinya. Mengingat hanya ada mereka berdua saat ini. “Mulai besok –“ Jonghyun menyisipkan jeda diantara kalimatnya kemudian berdeham sebelum melanjutkan kembali ucapannya. “Jika kau pulang dari cafe lebih dulu, tunggulah aku sampai aku tiba di halte tadi. Mengerti?” ucap Jonghyun pada akhirnya. Lelaki itupun segera menaiki tangga menuju lantai enam sebelum Yoona sempat merespon ucapannya tadi.

Yoona mengerjapkan matanya beberapa kali. Mencoba berpikir apa yang tadi diucapkan Jonghyun. “pulang” “tunggu”  “halte”. Hanya tiga kata itu yang ditangkap dengan jelas oleh pendengaran Yoona. Yoona mengeryitkan dahinya, mencoba kembali memikirkan maksud ucapan lelaki itu. Setelah beberapa detik berkutat dengan pikirannya, akhirnya Yoona dapat mengerti maksud ucapan Jonghyun. Iapun terpekik, kemudian segera menutup mulut dengan kedua tangannya untuk meredam pekikannya yang semakin kuat. Lelaki itu -Lee Jonghyun- secara tidak langsung, mulai hari ini mengajak Yoona untuk pulang bersama kan?

-ooo-

Beberapa hari kemudian

Yonghwa mengemudikan pelan mobilnya melintasi jalanan kota Seoul yang padat pada siang hari ini. Langit siang ini terlihat cerah tak berawan, terlihat menyegarkan walau hawa yang dihasilkan terasa sedikit panas. Yonghwa melirik jam tangannya. Pukul setengah dua belas siang. Ia berencana menghabiskan jam makan siangnya bersama ibunya di Rumah Sakit. Sudah hampir seminggu ini Yonghwa selalu menyempatkan diri menjengguk ibunya disela-sela padatnya jadwal pekerjaannya. Hanya sekedar mengajak ngobrol ibunya di taman Rumah Sakit atau menyuapi ibunya makan siang. Yonghwa senang melakukannya. Setidaknya, hanya itu yang bisa Yonghwa lakukan untuk ibunya saat ini.

Yonghwa masih terus melajukan mobilnya melintasi beberapa jalanan utama di ibu kota Korea Selatan ini. Dilihatnya indikator bensin pada dashboard mobilnya hampir menunjukkan huruf E. Yonghwapun segera berbelok memasuki pom bensin terdekat sebelum bensin mobilnya benar-benar habis dan mogok ditengah jalan.

“Tolong isi penuh” ucap Yonghwa setelah membuka kaca jendela mobilnya kemudian sibuk mencari dompetnya yang ia masukkan kedalam tas kerjanya tadi.

“De” ucap pelayan di pom bensin tersebut.

“Semuanya 100.000 won, Tuan” ucap pelayan setelah mengisi penuh tangki bensin mobil Yonghwa.

“De, Tunggu sebentar” jawab Yonghwa yang terlihat masih sibuk mencari dompetnya yang tak tidak kunjung ketemu. Setelah hampir tiga menit mengacak isi tasnya, Yonghwa tak juga berhasil menemukan dompetnya tersebut. Untunglah ia selalu meletakkan satu dari sekian banyak kredit cardnya di dalam laci dashboard mobil untuk berjaga-jaga.

“Bisa aku gunakan kartu kredit?” tanya Yonghwa

“Bisa, Tuan. Silahkan and- Kau??” potong pelayan pom bensin itu tiba-tiba

Yonghwapun menoleh dan melihat pelayan pom bensin berbaju hijau tersebut tengah menatapnya dengan wajah kaget. “Lee Seohyun-sii??” tanya Yonghwa yang tak kalah terkejutnya dengan Seohyun.

Yonghwapun menepikan mobilnya setelah menyelesaikan pembayaran dengan kartu kreditnya tadi. Dibelakang, terlihat Seohyun berjalan kearah mobil Yonghwa yang telah terparkir di salah satu sisi pom bensin. Yonghwapun membukakan pintu penumpang mobilnya dan mempersilahkan Seohyun untuk masuk ke dalam mobilnya.

“Anyeong Haseyo” sapa Seohyun ramah ketika telah duduk di kursi penumpang disebelah kanan Yonghwa.

“Anyeong” sapa Yonghwa terdengar akrab. “Dunia memang kecil ternyata” ucap Yonghwa tiba-tiba

Seohyun terkekeh kecil mendengar ucapan Yonghwa. Ya, dunia memang kecil. Lihatlah, buktinya mereka dapat bertemu lagi walau tanpa janji terlebih dahulu.

“Kau berkerja disini juga?” tanya Yonghwa to the point

“De. Pagi sampai sore aku berkeja disini” jelas Seohyun

“Wah, kau orang sibuk rupanya”

“Aniyo. Aku hanya sedang berusaha melunasi hutang”

“Eiiii… Kau tidak perlu terlalu memikirkan itu” ucap Yonghwa santai. “Apa kau sudah makan siang, Seohyun-sii?” tanya Yonghwa tiba-tiba

“Belum”

“Mau makan siang bersama? Aku yang traktir” tawar Yonghwa

“Hmmmm… Boleh” jawab Seohyun setelah beberapa detik terlihat berpikir

“Kajja. Tapi aku berencana untuk mampir ke suatu tempat dulu” jelas Yonghwa diikuti senyum simpul disudut bibirnya.

-ooo-

Kamar 212 Ruang Rawat Inap VVIP Seoul Hospital

“Eomma, aku datang” ucap Yonghwa sambil membuka pintu kamar rawat inap ibunya

“Yonghwa-yah, masuklah” terlihat wanita paruh baya itu tengah duduk bersandar pada ranjangnya sambil membaca sebuah buku yang dipegang pada kedua tangannya. Namun, ditutupnya buku tersebut setelah melihat anak sulungnya itu melangkah memasuki ruangan.

Yonghwapun duduk disisi ranjang ibunya. “Eomma sudah makan?” tanya Yonghwa sambil mengecup singkat kening ibunya.

“Sudah. Kau sendiri?”

“Belum. Tapi setelah ini aku akan makan”

“Aigo. Jaga kesehatanmu Yonghwa-yah. Makan yang teratur. Kau makin kurus sekarang” protes ibunya sambil mengusap pipi kanan Yonghwa.

“De, eomma” jawab Yonghwa sambil menggenggam tangan ibunya yang masih mengusap pelan pipi kanannya. “Ah eomma, tunggu sebentar. Aku mengajak seorang teman kesini” Yonghwa tiba-tiba teringat akan seseorang yang sedari tadi belum masuk ke ruangan ini bersamanya.

Yonghwapun berjalan kembali ke arah pintu dan membukanya. “Masuklah, Seohyun-sii” ajak Yonghwa kepada Seohyun yang sedari tadi masih berdiri di balik pintu.

“De. Tapi apa aku tidak mengganggu ibumu?” tanya Seohyun ragu. Merasa tidak enak karena tiba-tiba Yonghwa mengajaknya bertemu ibu Yonghwa di Rumah Sakit ini.

“Aniyo. Masuklah dulu. Setelah itu baru kita makan siang”

Seohyunpun melangkah ragu memasuki ruang rawat inap itu. Dapat dilihatnya seorang wanita paruh baya yang tengah duduk bersandar pada ranjang pasien mengamatinya yang berjalan masuk. “Anyeonghasimnika” sapa Seohyun ramah sambil membungkuk dalam kepada wanita itu.

“Anyeonghasimnika” jawab ibu Yonghwa sambil tersenyum ramah. “Duduklah” tawar ibu Yonghwa kepada Seohyun.

“Eomma, ini Seohyun. Seohyun-sii, ini ibuku Han Haera” Yonghwa memperkenalkan kedua wanita yang belum saling mengenal tersebut.

“Anyeonghasimnika, Nyonya Han. Maaf kalau saya mengganggu istirahat siang anda” ucap Seohyun ramah

“Animnida. Aku merasa senang jika ada orang yang berkunjung”

Seohyunpun tersenyum singkat kepada Nyonya Han dan sungguh senyum itu terasa kaku bagi Seohyun. Ia mencoba tenang dengan menarik napas dalam-dalam namun sepertinya hal itu tidak banyak membantunya. Seohyun bahkan tidak dapat berpikir dengan baik saat ini. Otaknya seakan-akan terasa kosong. Bingung apa yang harus ia lakukan untuk memecahkan kecanggungan ini. Ia bahkan tidak mampu memikirkan suatu pertanyaan basa-basi sekalipun.

Tiba-tiba Yonghwa yang telah duduk disebelah Seohyun terkekeh geli sambil menutup mulutnya. Seohyun memandang Yonghwa heran. Kenapa lelaki ini tiba-tiba tertawa padahal tidak ada kejadian yang terlihat lucu dari tadi?

“Waeyo?” tanya Seohyun pada akhirnya

“Ani. Hanya saja aku merasa lucu melihatmu gugup seperti itu” ucap Yonghwa santai

“Kau yang tiba-tiba membawaku kesini. Aku mana ada persiapan” protes Seohyun setengah berbisik

“Mian” Yonghwa kembali terkekeh pelan melihat sikap canggung Seohyun yang dianggapnya lucu

“Yonghwa-yah, apa kalian berpacaran?” tanya ibu Yonghwa yang sejak tadi memperhatikan kedua remaja itu berbincang tidak jauh darinya.

“A-Aniyo, Nyonya Han” jawab Seohyun cepat. Merasa kaget akan pertanyaan ibu Yonghwa yang tiba-tiba

“Kupikir kalian berpacaran. Kalian terlihat serasi” goda ibu Yonghwa

“Eiiii… Eomma, Seohyun dan aku hanya berteman” elak Yonghwa. Sedikit tidak enak pada Seohyun kaena gadis itu terlihat makin salah tingkah saat ini.

“Arasho. Tapi jangan pangil aku Nyonya Han, Seohyun-sii. Itu terdengar terlalu formal. Panggil aku eommonim saja”

“Ne??” jawab Seohyun dengan ekspresi kaget yang berlebihan

“Panggil aku eommonim, dan aku akan memanggilmu Seohyun-ah”

“D-De. E-Eommonim” ucap Seohyun kaku sambil menyibak rambut panjangnya ke belakang telinga untuk menghilangkan kegugupannya

Yonghwa kembali terkekeh disamping Seohyun. Reaksi kaku dan canggung Seohyun sungguh lucu menurut Yonghwa dan Yonghwa terlihat menikmatinya.

Hampir dua puluh menit mereka menghabiskan waktu mengobrol di kamar rawat inap ibu Yonghwa. Seohyun sendiri lebih banyak diam dan hanya menjadi pendengar pasif dari percakapan ibu dan anak tersebut. Namun dari situ dapat Seohyun simpulkan, bahwa Yonghwa adalah lelaki yang begitu menyayangi ibunya. Terlihat dari caranya memperlakukan Nyonya Han dengan perhatian dan lembut. Seohyun sedikit iri dengan Yonghwa. Ia juga sangat ingin mengobrol dan bercengkrama dengan ibunya seperti itu. Seandainya saja ibunya tidak pergi, seandainya saja ia tidak sakit, dan seandainya saja keluarganya masih utuh seperti dulu. Mungkin Seohyun juga akan merasakan hangatnya kasih sayang seorang ibu dan keluarga yang utuh dan bahagia.

“Datanglah kesini jika kau punya waktu, Seohyun-ah” tawar ibu Yonghwa sesaat sebelum mereka berdua pamit pergi.

“De. Eommonim. Aku akan mampir kapan-kapan” janji Seohyun seraya pamit pergi

-ooo-

12.30 KST @ Italian Food Restaurant

“Dua Spaghetti carbonara”

“De, Tuan. Silahkan tunggu sebentar”

Saat ini Yonghwa dan Seohyun tengah berada pada salah satu Italian Restaurant langganan Yonghwa untuk menyantap makan siang yang Yonghwa janjikan untuk Seohyun tadi.

“Spaghetti disini terkenal enak. Kau pasti suka” ucap Yonghwa riang sambil membalik-balikkan buku menu yang masih berada di hadapannya. Yonghwa sedari kecil memang sangat menyukai Spaghetti, apapun sausnya. Ia bahkan bisa memasak Spaghetti sendiri. Spaghetti adalah makanan pertama yang berhasil Yonghwa buat saat ia berumur dua belas tahun.

“Hmmmm” Seohyun menggangguk pelan menanggapi perkataan Yonghwa tadi

“Kau tidak suka Spaghetti?”

“Aniyo. Aku suka. Terimakasih, Yonghwa-sii”

“Terimakasih untuk apa?” tanya Yonghwa bingung sambil menatap Seohyun dan melepas konsentrasinya dari buku menu yang sedari tadi membuat kelenjar tiroidnya penuh.

“Untuk traktiran makan siang hari ini”

“Ah…” jawab Yonghwa sambil menggangguk kecil. “Gwenchanna. Aku kan sudah janji denganmu”

“Seohyun-sii” panggil Yonghwa tiba-tiba. Seohyunpun menatap Yonghwa dan diam menunggu perkataan yang akan keluar dari mulut lelaki itu. “Jangan memanggilku dengan sebutan formal seperti itu. Kau boleh memanggilku dengan akrab. Cobalah”

Seohyun mengenyitkankan alisnya. Bingung dengan permintaan Yonghwa yang tiba-tiba itu. Seohyun memang bukanlah type orang yang bisa dengan mudahnya berbicara akrab dengan orang lain. Ia memang terkenal sebagai gadis yang sopan dan mematuhi tata krama. Dan menurutnya, untuk berbicara akrab dengan orang yang baru beberapa kali bertemu denganya –seperti Yonghwa- itu merupakan hal yang sangat sulit. Seohyun tidak habis pikir, kenapa ibu dan anak bisa dengan mudahnya meminta Seohyun untuk berbicara akrab dengan mereka.

“Aniyo, aku tidak bisa” tolak Seohyun

“Cobalah”

“Aniyo, aku tidak terbiasa”

“Coba dulu” Yonghwa masih kekeuh dan terus memaksa gadis dihadapannya ini

Hening sejenak. Seohyun terlihat berpikir. Percuma jika ia menolak permintaan lelaki ini. Seohyun rasa ia tidak akan menang dalam adu pendapatnya dengan Yonghwa.

“Yo~ong” Seohyun terlihat ragu mengucapkan nama Yonghwa

“Yong?” potong Yonghwa sambil mengernyitkan dahi mendengar kata yang keluar dari mulut Seohyun. “Baiklah. Kau panggil aku Yong. Aku suka itu” setuju Yonghwa tiba-tiba.

“De??” tanya Seohyun kaget. “A-Aniyo. Maksudku bukan seperti itu” elak Seohyun. Sebenarnya ia ingin berkata ‘Yonghwa oppa’ namun kalimat yang keluar dari mulutnya justru hanya ‘Yo~ong’

“Tidak apa-apa. Kau panggil aku ‘Yong’ dan aku akan memanggilmu ‘Hyun’. Bagaimana?” tawar Yonghwa

Hyun? Dipanggil seperti itu oleh Yonghwa sukses membuat muka Seohyun merah madam. Campuran antara rasa malu, aneh namun juga senang menyatu saat ini. Dalam seketika Seohyun dapat merasa pipinya panas. Iapun menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

“Waeyo?” tanya Yonghwa yang terlihat bingung dengan reaksi Seohyun

“A-Aniyo” jawab Seohyun dibalik kedua tangannya yang masih berusaha menutup rapat wajah merah padamnya.

Yonghwa terkekeh pelan melihat reaksi Seohyun. “Kau lucu, Hyu~un” ucap Yonghwa sambil terus memandang gadis yang masih salah tingkah dihadapannya ini.

-ooo-

2 bulan kemudian, 22.10 KST @ Halte dekat Amore Cafe

Yoona melirik jam tangannya. Sudah sepuluh menit berlalu dari selesainya jam kerja di  Amore Cafe. Namun sampai saat ini belum terlihat adanya tanda-tanda orang itu akan datang. Yoona menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan. Iapun mencoba membunuh waktu dengan melihat sekelilingnya. Sepi. Seperti biasa, jalanan ini memang selalu sepi jika jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Karena daerah ini memang bukan pusat kota ataupun pusat perbelanjaan seperti di Myeong-dong yang terkenal ramai saat malam hari. Yoonapun menatap keatas dan melihat langit yang cukup cerah pada malam ini. Bintang-bintang terlihat bertaburan memenuhi langit abu-abu dan bulan berbentuk satu lingkaran penuh tampak bersinar dengan terangnya. Malam ini semua terasa begitu tenang dan damai. Yoona menyukainya.

“Cantik” gumam Yoona yang masih terus memandang langit indah diatasnya

“Hmmm… Cantik” timpal suara disamping Yoona

“Aigoo! Ya Tuhan!!” Yoona terlonjak kaget mendengar suara tiba-tiba dari samping kanannya itu. “Ya! Lee Jonghyun! kau ingin membuatku terkena serangan jantung hah?” teriak Yoona kepada lelaki yang tengah duduk tenang disampingnya.

Jonghyun hanya menatap Yoona sekilas kemudian kembali sibuk memandang langit diatasnya. Yoona yang melihat sikap acuh Jonghyun hanya dapat mengumpat kesal dalam hati.

“Sejak kapan kau ada disini?” tanya Yoona ketus

“Beberapa menit yang lalu”

“Tsk! Kenapa kau diam saja? Aku sudah menunggumu disini hampir lima belas menit!” ucap Yoona sembari mengerucutkan bibirnya kesal.

“Mian” jawab Jonghyun singkat

Yoonapun kembali memperbaiki posisi duduknya disamping Jonghyun dan kembali memandang langit cerah diatasnya. Tidak ada yang berbicara selama beberapa menit, seperti biasa. Masing-masing dari mereka sibuk memandangi langit dan sibuk bergumul dengan pikiran masing-masing. Yoona senang saat-saatnya seperti ini. Sudah hampir dua bulan, ia dan Jonghyun selalu melakukan hal sederhana seperti ini setiap malam. Duduk dibangku halte memandangi langit malam dalam diam sambil menunggu bus yang akan mereka tumpangi tiba.

Yoona melirik Jonghyun disampingnya, lelaki itu masih dalam posisinya menatap langit sedari tadi. Ingin rasanya Yoona menghentikan waktu untuk saat ini. Tetap dalam posisi seperti ini selama bertahun-tahun. Berdua seperti ini tanpa ada beban, hanya memandang langit malam berdua. Yoonapun tersenyum simpul. Setidaknya walaupun ia tidak bisa menghentikan waktu, ia senang dengan kenyataan bahwa lelaki ini masih tetap duduk disisinya sampai malam ini.

“Jonghyun oppa” Yoona memanggil Jonghyun dengan suara pelan. Sudah hampir satu bulan ini ia memanggil Jonghyun dengan sebutan itu. Awalnya Yoona takut jika Jonghyun marah atau menolaknya. Namun pada kenyataannya, Jonghyun tidak berkomentar ataupun protes ketika Yoona memanggil dirinya dengan sebutan itu.

“Hmm..?” Jonghyun menjawab dengan gumaman pelan

“Aku lapar. Bisakah kita makan dulu?” tanya Yoona ragu sambil menatap wajah lelaki disampingnya itu. “Tapi kau yang traktir ya? Aku sudah menunggumu lima belas menit tadi”

Jonghyunpun berhenti memandangi langit malam dan menatap Yoona “Kau cari mati?” ucapnya singkat

Yoona mendengus kesal. “Arasho. Aku bayar sendiri” ucap Yoona sambil mengembungkan pipinya kesal. “Malam ini aku mau makan ddeokbokki di Shin Dang Dong”.

-ooo-

Keesokkan harinya pukul 08.30 KST @ Amore Cafe

“Yoonie~~” panggil Taeyeon sambil berjalan cepat mendekati Yoona yang sedang menyimpan tasnya kedalam locker

“Waeyo, eonni?” tanya Yoona heran dengan sikap Taeyeon yang terlihat cemas

“Apa kau sudah mendengar beritanya?”

“Berita? Soal apa?”

“Lee Jonghyun”

Mendengar nama Lee Jonghyun disebut, sontak perhatian Yoona sepenuhnya pada ucapan Taeyeon kali ini. Jika dilihat dari raut wajah Taeyeon, sepertinya berita yang akan disampaikan bukanlah berita baik. Yoona terlihat cemas menunggu kalimat yang akan keluar dari mulut Taeyeon.

“Tadi pagi Kim ahjuma bilang padaku. Dia bilang, Lee Jonghyun mengundurkan diri kemarin malam”

“Ne???” Yoona terbelalak kaget mendengar perkataan Taeyeon. Ia bahkan meragukan pendengarannya kali ini. Pasti ia salah dengar. Yoona mencoba meyakinkan dirinya, yang tadi itu pasti salah dengar. “Apa maksudmu eonni?” tanya Yoona ragu. Mencoba mengkonfirmasi ulang apa yang baru saja didengarnya.

“Lee Jonghyun. Ia mengundurkan diri dari Cafe mulai hari ini” jelas Taeyeon.

-ooo-

22.00 KST @ Trax Lounge and Bar

For all those times you stood by me
For all the truth that you made me see
For all the joy you brought to my life
For all the wrong that you made right
For every dream you made come true
For all the love I found in you
I’ll be forever thankful baby
You’re the one who held me up
Never let me fall
You’re the one who saw me through through it all

 

You were my strength when I was weak
You were my voice when I couldn’t speak
You were my eyes when I couldn’t see
You saw the best there was in me
Lifted me up when I couldn’t reach
You gave me faith ‘coz you believed
I’m everything I am
Because you loved me

 

You gave me wings and made me fly
You touched my hand I could touch the sky
I lost my faith, you gave it back to me
You said no star was out of reach
You stood by me and I stood tall
I had your love I had it all
I’m grateful for each day you gave me
Maybe I don’t know that much
But I know this much is true
I was blessed because I was loved by you

 

You were my strength when I was weak
You were my voice when I couldn’t speak
You were my eyes when I couldn’t see
You saw the best there was in me
Lifted me up when I couldn’t reach
You gave me faith ‘coz you believed
I’m everything I am
Because you loved me
(Celine Dion – Because you loved me)

 

Tepuk tangan meriah para penonton mengakhiri lagu ke tiga yang telah dibawakan Seohyun pada malam hari ini. Gadis itupun berdiri dan membungkuk hormat sebagai tanda terimakasihnya kepada para penonton yang telah setia menyaksikan pertunjukkan singkatnya dipanggung kecil tersebut. Kemudian iapun berbalik dan berjalan menuruni panggung.

“Daebak, Hyu~un”

Suara seseorang yang sudah tidak asing bagi Seohyun segera terdengar tepat ketika ia turun dari panggung pertunjukkan kecilnya tersebut. Seseorang yang selama hampir dua bulan ini tidak pernah absen datang ke bar tempat Seohyun berkerja.

“Oppa” sapa Seohyun riang sembari berjalan mendekati lelaki yang sejak tadi menunggunya. Lelaki itupun tersenyum hangat dan mengacak pelan rambut Seohyun.

“Sudah selesai? Ayo pulang” ucap lelaki itu

“De. Tapi aku ambil tas ku dulu”

“Oke. Kutunggu disini. Jangan lama-lama, Hyun”

“Oke, Yong” jawab Seohyun sembari berjalan menjauhi meja tempat Yonghwa duduk.

Memang sudah hampir dua bulan ini Yonghwa selalu datang ke bar tempat Seohyun bekerja. Bukan untuk minum-minum seperti biasa, melainkan untuk mengantar gadis itu pulang dengan selamat. Entah kenapa, Yonghwa merasa perlu melindungi gadis itu. Jarak rumah Seohyun dengan bar ini cukup jauh dan gadis itu selalu pulang larut malam seorang diri. Ditambah kondisi fisik Seohyun yang menurut Yonghwa sangat lemah. Gadis itu sering terlihat pucat dan lemah secara tiba-tiba. Namun ketika Yonghwa menanyakan penyebabnya, gadis itu pasti hanya beralasan bahwa ia kelelahan. Semua hal itulah yang membuat Yonghwa semakin khawatir pada Seohyun dan akhirnya memutuskan untuk selalu menjemput Seohyun di bar ini tiap malam.

“Yong oppa, kajja” ucap Seohyun ketika ia telah tiba ditempat Yonghwa

“Ne, Kajja” Yonghwa bangkit dari tempat duduknya. Namun langkahnya terhenti ketika melihat wajah Seohyun dihadapannya. “Hyun, wajah mu pucat. Kau sakit?” tanya Yonghwa khawatir

“Aniyo, oppa. Aku baik-baik saja, hanya kelelahan. Kajja” jawab Seohyun acuh kemudian memutar tubuhnya untuk berjalan keluar bar.

Yonghwa dengan cepat menarik tangan Seohyun dan membalikkan tubuh gadis tersebut berhadapan dengannya. “Kau tidak baik-baik saja Hyun” ucap Yonghwa cemas. Iapun segera mengambil sapu tangan disaku celananya dan menempelkan tepat ke lubang hidung Seohyun. Seohyun mengelak dan mengambil sapu tangan Yonghwa dari hidungnya. Dan benar saja, Seohyun dapat melihat bercak darah yang tertempel di sapu tangan bewarna putih itu.

Yonghwa berdecak sambil merebut kembali sapu tangannya dari tangan Seohyun dan segera menempelkannya lagi kelubang hidung gadis tersebut untuk menghentikan darah segar yang masih terus keluar dari lubang hidung Seohyun.

“Mianhe, oppa” ucap Seohyun pelan tanpa perlawanan kali ini.

“Ayo duduk dulu” Yonghwapun menarik tangan Seohyun dan mendudukkan gadis tersebut pada kursi terdekat.

Yonghwa menatap Seohyun cemas masih sambil memegang sapu tangannya yang tertempel di hidung Seohyun. Ini sudah kelima kalinya Yonghwa mendapati kondisi Seohyun yang seperti ini. Yonghwa dapat melihat gadis ini dari hari ke hari semakin pucat dan semakin kurus. Namun ketika Yonghwa menanyakan kondisi Seohyun, gadis tersebut pasti mengelak dan berkata bahwa ia baik-baik saja. Yonghwa bahkan sempat meminta Seohyun untuk berhenti pada salah satu tempat bekerjanya. Namun Seohyun menolak. Gadis itu bilang bahwa ia masih membutuhkan pekerjaan itu.

“Hyun, sebenarnya kau sakit apa?” akhirnya Yonghwa membuka percakapan setelah hampir lima menit tidak bersuara dan sibuk menghentikan pendarahan pada hidung Seohyun.

“Aku tidak apa-apa, oppa” lagi-lagi jawaban itu yang keluar dari mulut Seohyun

“Kau jelas kenapa kenapa, Hyun” kali ini Yonghwa menekankan intonasi pada setiap kata yang keluar dari mulutnya. Bermaksud memberitahu gadis itu bahwa kondisi gadis itu memang tidak sedang baik-baik saja.

“Kau tidak perlu khawatir, oppa. Aku bisa mengatasi ini. Ayo kita pulang” Seohyun menyerahkan sapu tangan Yonghwa kepada lekaki tersebut kemudian beranjak dari tempat duduknya dan melangkah pergi.

Yonghwa hanya dapat menarik napas dalam melihat sifat Seohyun. Gadis itu selalu mencoba terlihat kuat dan  berusaha tidak menyusahkan orang lain. Terkadang Yonghwa kesal dengan sikap Seohyun itu. Namun entah kenapa ia tidak bisa marah ataupun membenci gadis bermata indah itu. Dan selalu seperti ini. Pada akhirnya Yonghwa selalu mengalah dan tidak pernah mendapatkan jawaban mengenai kondisi Seohyun yang sebenarnya.

-ooo-

Hallo, Jonghyun-ah

“Ne, hyung”

Besok aku berencana ketempat itu. Kau akan ikut?

“Iya, aku ikut hyung. Mendengar informasi terbaru darimu membuatku tidak bisa duduk menunggu seperti ini saja. Aku akan ikut mencari orang itu”

Arasho. Tapi bukankah besok kau harus masuk kerja?

“Aniyo hyung. Pekerjaanku tidak penting saat ini. Yang terpenting sekarang adalah menemukan orang itu secepatnya”

-ooo-

Hallo Readers tercinta, ketemu lagi. Apa kabar??

Maaf ya kalau aku lama updatenya. Ga terasa udah Part 8 aja. Semoga kalian ga bosen ya…

Oh iya sebagai informasi, aku tidak akan menceritakan secara detail hubungan Tiffany dan Jonghyun di masa lalu pada Crush ini. Karena kalau aku ceritain disini, bakal makin panjang nanti FF nya. Readers nya keburu bosen nanti… 😥

Tapi aku berniat membuat Side Story mereka berdua. Ada yang setujukah? Kalau pada setuju, nanti aku buatin. Tapi mungkin ga sekarang. Mungkin aku bakal kelarin Crush ini dulu baru buat Side Story nya. Gimana? Jawab di comment box ya… 🙂

51 thoughts on “Crush [Part 8]

  1. aduh jonghyunnya mengundurkan diri -.- makin penasaran huhuhu
    aku setuju-setuju aja ko mau dibikin side story nya 🙂 semangat ya author ditunggu kelanjutannya. hwaiting!

  2. Seruuuu.. XD
    YoonFany udah makin deket yah sekarang.. Apalagi pas Ppany eonnie bilang bersaing secara sehat ke Yoong eonnie.. Aigoo.. XD
    YongSeo mommentnya.. ❤
    Seo eonnie kenapa? Jangan jangan kanker ya? ._.
    Makin penasaran.. XD
    Kalo dibikin side storynya berarti JongFany dong? Aku maunya JongYoon._.) *plak._.V*
    Oke, lanjut eon! Ditunggu chapter9nya! Fighting!'O')9

  3. Aduhh tu si jOnGhyun nyEbelin amat sihhh,, dinGin bngEtt ma yoona… Ksian yOona nya kan ?!…. Nex jngn lama2 ea…. Ga bOsen deh

  4. annyeong~
    aku reader baru di sini, yg suka banget sama tiap partnya crush dan ampe lupa ninggalin jejak di tiap part saking asiknya baca, mian ya thor *bow*
    ceritanya bagus banget, sukaaa deh apalagi ada jonghyun-yoona nyaa.. ah seneng deh pokonya pas baca,..
    daaann….
    kenapa itu tiba2 jonghyun keluar dari cafe? terus gimana ama yoona? hubungan mereka mulai deket kan, gak bakalan bisa pulang bareng lagi donk itu mereka?
    ditunggu banget next partnya…
    keep writing and fighting!!! 🙂

  5. Maap baru komen di part yang ini author… Baru ngikutin sekarang.. Hehehe…
    Saya suka nih ceritanya,, bagus… Tapi jonghyun sama yoona-nya kok dipisahin ya, padahal belum deket banget.. Truz apakah nantinya Jonghyun punya pekerjaan yang lebih bagus? Karena pasangannya Yoona yang notabene kaya.. Tapi saya percayakan sama author untuk kelanjutannya.. Semangat thor!!

    • halo juga…
      terimakasih udah mampir ya…
      banyak koq FF yang lebih bagus dalam Bahasa Indonesia dan banyak juga para author yang lebih senior dan lebih keren dari aku… hahaha…
      aku masih pemula koq…

  6. halo, author. readres baru ini.
    sorry baru komen di part ini.
    jongyoon moment keren, walaupun sederhana tapi tetap manis.
    yongseo moment, tetep keren.
    makin penasaran sama part selanjutnya.

    part selanjutnya ditunggu.. 🙂

  7. ahhhhh jonghyun yoona udah mulai deket dan suka bgt bagian jonghyun pas minta yoona menunggu di halte kalo mereka mau pulang sweet kan…
    jonghyun tuh diem2 perhatian juga loh haha..
    yonghwa hyun asiiiik. makin deket aja ihiiiy. dan aku knp ngerasa pas tiffany cerita kalo jonghyub pny adek itu yg kepikiran adeknya jonghyun itu seohyun ya krna marganya sama haha. dan kasian jonghyun akibat kecelakaan keluarganya jg hancur hiks.
    ahhhh jonghyun semoga bener udah ga ada perasaan ma fanny biar yoona tar yg menang haha. fanny ma siwon aja gmn haha..
    ahhh kenapa jg jonghyun berenti kerja sediiih kan yoona 😦

  8. omo yongseo moment byk bgt di part ini kyaa~
    suka juga sama jongyoon wew mreka mkin dket tp knapa jong mlh kluar hmmff
    psti krna udh mulai mnmukan titik trang ttg kasusnya kn?
    btw sprtinya dugaan qu bnar klo seo tuh adenya jong XD
    next part 9 🙂

  9. Yong dan Hyun itu pnggilan mrka di WGM huaaaaaa kngen Yongseo.. part ini aku senang bnyk scane yongseo 😀
    Sebnrnya Hyun sakit apa sih?? klihtnnta parah cmn dia ttupi dri Yong 😦
    Jong berhnti? Yoona gimn dong?

  10. kenapa jonghyun berenti kerja sih -_- kan nanti yoona sendirian (?) penasaran nih thor sama kelanjutannya fighting ^^9

  11. Siapa yg dicari jonghyun….?knpa jonghyun keluar dr pkerjaannya dan tdk blg sm yoona?knpa yonghwa tdk blang m yongie klo ibunya msh hdup.

  12. hayo..hayo..cp yg nabrak lari jonghyun
    jgn2 dr keluargax yoona??
    mgkin appa yoonie ato malah yong oppa???
    psti bkal da crita kejutan d blik tabrak lari ntu
    ayooooo lanju bacax..hohohohoho♥♥

  13. Knp moment jongyoon nya sedikit?? Lbh bnyak yongseonya yaa??
    Aiisshh,,lanjuutt…
    Maaf sblmnya aku baca ff ini di Cnblueindo smpe part 7 cari part 8 gag ada pas googling tyta nemu disini blog authornya…

Leave a reply to Bunga Cancel reply