Crush [Part 6]

Image

Judul: Crush – part 6

Main Cast:

Lee Jonghyun CN Blue sebagai Lee Jonghyun

Im Yoona SNSD sebagai Im Yoona

Other Cast:

Jung Yonghwa CN Blue sebagai Im Yonghwa

Lee Jungshin CN Blue sebagai Lee Jungshin

Tiffany Hwang SNSD sebagai Tiffany

Jessica Jung SNSD sebagai Jessica

Kim Taeyeon SNSD sebagai Kim Taeyeon

Im Seolong (OCs)

Im / Ham Haera (OCs)

Han Taejo (OCs)

Rating: PG-15

Lenght: Chaptered

Genre: Romance, Angst, AU

 

Prolog – Part 1 – Part 2 – Part 3 – Part 4 – Part 5

 

“Nnnggggg” Yoona menggeliat malas diatas kasurnya. Sinar matahari pagi yang menerobos masuk lagi-lagi mengganggu kenyamanan tidurnya pagi ini. Yoona mencoba untuk menenggelamkan kepalanya lebih dalam pada selimut tebal yang masih terbungkus rapih di tubuhnya. Namun ia merasakan kepalanya begitu berat dan berdenyut. Rasanya seperti dihantam palu besar ribuan kali. Yoona memijit pelan kepalanya masih dengan mata tertutup. Matanyapun terasa sulit sekali dibuka seperti ada besi ratusan kilo yang bergelayut manja dikelopak matanya pagi ini.

Dengan lemah Yoona meraba sisi kanannya, tempat biasa ia meletakkan jam bekernya yang seharusnya sudah berbunyi pagi ini. Namun beberapa kali ia cari, Yoona tidak berhasil menemukan benda bersuara nyaring tersebut. Akhirnya, dengan terpaksa Yoona bangkit dari posisi tidurnya dan mencoba membuka matanya walaupun hal tersebut terasa begitu sulit baginya. Setelah mampu melawan rasa sakit pada kepala dan matanya, Yoonapun mengerjapkan matanya beberapa kali agar dapat melawan sinar matahari yang masih terasa begitu terik baginya.

Setelah mengumpulkan seluruh kesadarannya, Yoona merasa ada sesuatu yang janggal pada pagi ini. Saat ini Yoona berada pada sebuah kasur lipat. Dan seingatan Yoona, ia sama sekali tidak memiliki kasur lipat dirumahnya. Yoona menoleh kesamping kanannya, tempat biasa ia meletakkan beker dan air putih diatas meja kecil yang tidak jauh dari tempat tidurnya. Namun Yoona tidak dapat menemukan benda tersebut, baik itu jam beker kesayangannya, segelas air putih yang biasa ia sediakan untuk diminum pada pagi hari, ataupun meja kecil yang terbuat dari kayu mahoni tersebut. Semuanya tidak ada disana. Yoonapun menarik selimut yang sedari tadi masih berada diatas tubuhnya. Dan alangkah terkejutnya ia ketika mengetahui bahwa ia tidak mengenakan piyama yang biasa ia gunakan ketika tidur, melainkan sebuah gaun pesta yang sudah kotor dan berbau alkohol.

“Kau sudah bangun?”

Suara berat itu menyadarkan Yoona dari keterkejutannya. Dan Yoona kembali terkejut berkali-kali lipat ketika mendapati sosok lelaki yang saat ini berada beberapa meter dihadapannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

“K-Kau… A-Ada apa ini?” jawab Yoona terbata-bata. Refleks, ia segera menarik kembali selimut yang tadi sempat ia singkap kesisi kanannya. Otaknya tanpa perintah telah berasumsi bermacam-macam kemungkinan.

“Tsk!” Lelaki tadi menggeleng-geleng malas menanggapi reaksi berlebihan Yoona. Iapun meneruskan pekerjaannya dimeja makan yang tadi sempat tertunda.

Yoona yang mengatahui sifat lelaki itu, akhirnya menghapus bersih pikiran-pikiran konyol yang tadi sempat terlintas dikepalanya. Itu pasti tidak mungkin. Lee Jonghyun bukanlah lelaki seperti itu. Yoona masih mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam. Dan setelah beberapa menit ia bergumul dengan ingatannya sendiri, akhirnya ia mengetahui alasannya sampai ditempat ini dan dengan kondisi seperti ini. Tadi malam Yoona mabuk berat setelah pertengkaran hebat dengan ayahnya. Ya, Yoona ingat semuanya sekarang.

“Cuci mukamu. Setelah itu sarapan” perintah Jonghyun sambil melemparkan handuk kearah Yoona. Yoona menangkap handuk tersebut dan beranjak ke kamar mandi. 

 

-ooo-

  

“Ssssshhh” Yoona meringis pelan ketika tangannya tidak sengaja menyentuh luka sobek pada sudut bibirnya saat ia membersihkan wajah di wastafel. Yoona dapat melihat dengan jelas luka sobek pada kedua sudut bibirnya. Wajahnya saat ini benar-benar berantakkan. Rambutnya begitu kusut, lipstik pada bibirnya sudah berantakan tidak karuan dan kedua matanyapun terlihat sembab. Yoona memperhatikan kedua matanya itu, seingatnya ia tidak menangis semalam. Lalu kenapa matanya jadi seperti ini?

“Aiiiiish! Cinca!” rutuk Yoona kesal. Ia baru menyadari bahwa sedari tadi Jonghyun melihat wajahnya yang seperti ini. Ini benar-benar aib bagi Yoona. Bahkan kakak kandungnya belum pernah sekalipun melihat wajahnya yang kacau balau seperti ini. Rasanya saat ini Yoona ingin menenggelamkan kepadanya didasar laut untuk menghilangkan rasa malunya.

Yoona keluar dari kamar mandi setelah sedikit merapihkan dirinya. Dilihatnya Jonghyun telah duduk dimeja makan. Jonghyun yang melihat Yoona telah keluar dari kamar mandi memanggil Yoona dan mengisyaratkan agar Yoona duduk disampingnya. Yoona melangkah ragu kearah Jonghyun, masih malu jika mengingat penampilannya beberapa menit yang lalu.

Setelah Yoona duduk tepat disebelah Jonghyun, Jonghyun memutar kursinya agar menghadap ke arah Yoona. Jonghyun mengambil sehelai kapas dan membalurkannya dengan obat luka yang ia ambil dari dalam kotak obat yang telah disediakan sedari tadi. Tanpa kata, Jonghyun mengoleskan kapas yang telah dibaluri obat luka tersebut pada sudut bibir Yoona. Yoona sedikit terkejut dengan tindakan tiba-tiba Jonghyun namun ia tidak menolak ataupun melawan tindakan Jonghyun tersebut.

“Sssssshhhh” Yoona meringis ketika merasakan perih yang ditimbulkan obat luka tersebut saat menyentuh luka dibibirnya.

“Mianhe” Jonghyun menghentikan kegiatannya mengobati luka Yoona ketika Yoona terlihat kesakitan.

“Gwenchanna” ucap Yoona sambil tersenyum. Meyakinkan Jonghyun bahwa ia baik-baik saja.

Jonghyun melanjutkan mengobati luka Yoona. Kali ini Jonghyun terlihat lebih lembut dan berhati-hati. Saat ini Yoona dapat melihat dengan jelas wajah lelaki dihadapannya ini. Wajahnya dengan wajah lelaki ini hanya berjarak beberapa sentimeter. Bahkan Yoona dapat merasakan hembusan hangat napas yang keluar dari hidung Jonghyun. Secara tiba-tiba Yoona menjadi kaku dan kikuk. Ia mencoba mengontrol suara jantungnya yang bertalu-talu seperti gendang agar tidak dapat terdengar oleh Jonghyun.

Beberapa menit kemudian, Jonghyun selesai mengobati Yoona setelah menempelkan plester luka pada kedua sudut bibir Yoona. Iapun mengambil dua tangkup sandwitch yang telah ia buat tadi pagi keatas piring dan menyodorkannya kehadapan Yoona.

“Makanlah” ucap Jonghyun singkat dan kemudian iapun menaruh satu tangkup sandwitch keatas piringnya sendiri.

“Gomawo” ucap Yoona lirih.

Mereka makan dalam diam. Tidak ada satupun dari mereka yang mencoba membuka pembicaraan. Yoona melirik kearah Jonghyun sekilas, kemudian kembali melahap sandwitch tuna buatan Jonghyun. Dalam hati ia bersyukur bahwa saat ini yang berada disampingnya adalah  Jonghyun. Lelaki ini sedikitpun tidak menanyakan tentang kondisinya atau tentang masalah yang terjadi pada Yoona tadi malam. Satu lagi sifat menyebalkan Jonghyun yang Yoona sukai. Ia tidak pernah mau mencampuri urusan pribadi orang lain. Dan Yoona benar-benar berterimakasih untuk itu.

 

-ooo-

 

“Ku antar kau pulang” ucap Jonghyun setelah meraka menyelesaikan sarapan pagi mereka.

“Ani. Aku mau ke cafe. Hari ini jadwalku kerja” tolak Yoona.

“Dengan kondisi seperti ini?” tanya Jonghyun sambil memandang Yoona dari atas sampai bawah.

Yoona mengikuti pandangan Jonghyun pada dirinya dan mendapati kenyataan bahwa kondisinya memang tidak memungkinkan untuknya pergi ke cafe. Tidak dengan gaun pestanya ini.

“Tsk!” Yoona berdecak kesal. Ia memang tidak bisa masuk cafe dengan pakaian seperti ini, namun ia juga tidak ingin pulang kerumah. Jika ia pulang sekarang, keadaan dirumah akan bertambah runyam.

Beberapa menit kemudian, Jonghyun memberikan sesuatu kepada Yoona. Yoona mencoba melihat lebih jelas sesuatu yang diberikan Jonghyun tersebut dan membentangkannya dengan kedua tangannya. Ternyata itu merupakan sebuah kemeja bewarna putih polos -model standar untuk kemeja lelaki- dan juga celana jeans berwarna biru dongker yang jelas-jelas bukan ukuran Yoona.

“Apa ini?” tanya Yona bingung.

“Kemeja dan celana” Jawab Jonghyun singkat.

“Maksudku, untuk apa?”

“Kau boleh memakainya. Kau bilang mau pergi ke cafe kan?”

Yoona terdiam sesaat. Masih mencerna kata-kata Jonghyun. Jadi Yoona harus mengenakan kemeja ini? Kemeja kebesaran dan celana jeans yang juga pasti kebesaran ditubuh Yoona. Yoona kembali berpikir, pasti teman-temannya di cafe akan menertawainya karena selera fashionnya yang berubah tiba-tiba. Namun disatu sisi, Yoona juga tidak bisa pergi ke cafe dengan kondisi seperti ini. Pakaiannya saat ini juga pasti akan menjadi obrolan besar diantara teman-temannya –terutama Jessica eonni- karena pakaian yang ia kenakan saat ini adalah salah satu koleksi limited edition dari Gucci. Ketimbang harus menjelaskan mengenai gaun ini kepada Jessica eonni, akhirnya Yoona lebih memilih untuk merubah fashionnya hari ini.

 

-ooo-

 

Jam 8 pagi @ Amore Cafe

“Pagi, eonni” sapa Yoona ketika ia memasuki cafe tempatnya bekerja itu.

“Pagi, Yoon-ah” jawab Taeyeon yang sedang sibuk merapihkan meja dan kursi sebelum cafe buka hari ini.

“Yoonie…Ada yang berbeda dengan mu hari ini” Jessica yang tiba-tiba muncul dari dalam pantry segera menatap Yoona penuh selidik.

“Waeyo eonni?” jawab Yoona dengan ekspresi acuh tak acuh. Sengaja terlihat biasa saja agar tidak menambah kecurigaan Jessica.

“Ada apa dengan bajumu itu? Bukankah itu baju pria?” tanya Jessica to the point. “Iya kan Tae?” lanjutnya meminta dukungan Taeyeon.

“Iya, itu terlihat bukan style mu, Yoon-ah” timpal Taeyeon yang saat ini telah menghentikan kegiatannya dan lebih tertarik memperhatikan Yoona.

“Tsk! Ani, eonni. Apa kau tidak tau kalau style ini akan keluar pada rancangan musim panas Karl Lagerfeld tahun 2019 nanti?” jawab Yoona asal.

Saat ini penampilan Yoona memang terkesan maskulin. Gadis itu mengikat rambutnya dengan gaya kuncir kuda kebelakang secara acak. Ia mengenakan kemeja putih berukuran besar milik Jonghyun dengan melipat lengan kemeja itu sampai ke siku dan membuka tiga kancing diatasnya sehingga memperlihatkan tanktop hitam milik Yoona –yang kebetulan tidak kotor- didalamnya. Kemeja putih itu Yoona masukkan bagian bawahnya kedalam jeans berwarna biru dongker milik Jonghyun yang juga kebesaran untuk Yoona. Yoona juga mengenakan sepatu nike berwarna merah putih milik Jonghyun yang kebetulan berukuran pas dengan Yoona.

“Ya! Kau kira aku bodoh? Mana ada style musim panas dengan kemeja dan jins kebesaran seperti itu!” protes Jessica. “Ah! Aku tahu!! Kau menginap dirumah pacarmu ya? Dan kau meminjam bajunya. Iya kan?”

Kalimat terakhir Jessica sukses membuat Yoona tersedak tanpa alasan. Namun Yoona masih berusaha tetap tenang menanggapinya.

“Sica-yah, kau seperti tidak pernah tidur dirumah seorang pria saja. Yoon-ah, jangan pikirkan perkataan Jessica. Aku mengerti pasti bajumu basah karena kegiatan kalian semalaman kan? Dan jika dilihat dari bibirmu yang luka itu, permainan kalian pasti sangat kasar tadi malam. Ckckck…” ledek Hongki yang tiba-tiba bergabung dengan mereka.

“Hongki oppa!!!!” teriak Yoona kepada lelaki yang suka menggodanya itu. Yoona begitu kaget mendengar perkataan Hongki yang cukup frontal dan kontroversial. Hongki terlihat menikmati reaksi Yoona dan tertawa terpingkal-pingkal.

Disisi lain, Jonghyun yang juga ikut mendengarkan obrolan rekan-rekan kerjanya dari balik meja kasir hanya bisa menyembunyikan senyumnya. Melihat wajah Yoona yang memerah akibat menahan marah dan malu membuat Jonghyun menikmati obrolan singkat itu dan ia tidak berniat untuk membantu Yoona kali ini.

 

-ooo-

 

“Yoon-ah, meja nomor 15 order. Tolong ya…”

“De, eonni” Yoona mengambil buku menu dimeja dekat pantry dan berjalan menuju meja nomor 15 untuk memberikan menu dan mencatat pesanan pelanggan di meja nomor 15 tersebut.

“Silahkan, ini menunya” ucap Yoona kepada pelanggan dimeja nomor 15.

“Ah, de. Aku pesan hot chocolate saja” jawab pelanggan tersebut tanpa melihat buku menu terlebih dahulu.

Yoona mengangguk kemudian mencatat pesanan pelanggan disebuh note kecil yang selalu dibawanya. “De, tolong tunggu sebentar” ucap Yoona ramah. Ketika hendak membalikkan tubuhnya, Yoona cukup terkejut mengetahui bahwa pelanggan yang saat ini dilayaninya adalah gadis yang dari kemarin membuat perasaannya tidak menentu. Gadis itu Tiffany Hwang.

“Nona, Tunggu sebentar!!” panggilan tiba-tiba Tiffany membuat langkah Yoona terhenti.

“Aku sepertinya pernah melihatmu beberapa waktu yang lalu” ucap Tiffany sambil memiringkan kepalanya terlihat berpikir.

Yoona juga ikut berpikir. Dia belum pernah bertatap muka sebelumnya dengan Tiffany. Apakah Tiffany melihatnya ketika Yoona mengintip Tiffany dan Jonghyun ditaman belakang tempo hari? Yoona merasa gugup. Namun buru-buru ia tepis pikirannya. Tiffany tidak mungkin melihatnya dari jarak sejauh itu.

“Aku yakin pernah melihatmu” Tiffany terlihat masih berpikir dan bergumam kepada dirinya sendiri.

“Mungkin beberapa hari yang lalu ketika kau kesini?” Yoona mencoba membantu Tiffany yang masih berpikir.

“Ani. Aku yakin bukan disini” jawab Tiffany yakin.

Yoona yang melihat Tiffany masih berpikir, kembali melangkahkan kakinya untuk memberikan pesanan Tiffany kepada Hongki oppa. Namun tiba-tiba Tiffany kembali berseru.

“Ah! Aku ingat!!” ucap Tiffany pada akhirnya. Gadis itu terlihat senang karena mampu menggali kembali memorynya yang sempat hilang tadi. “Aku melihatmu dipesta pembukaan Lotte Mall kemari malam!” seru Tiffany senang.

Yoona yang kaget akan perkataan Tiffany, refleks berbalik menghampiri Tiffany dan segera memotong ucapannya agar tidak terdegar oleh orang lain.

“Nona, kau salah orang” elak Yoona

“Ani. Aku melihatmu bersama Siwon-sii tadi malam. Ku dengar kau meru-“

“Nona, bisa kita bicarakan itu nanti ditempat lain?” potong Yoona cepat.

 

-ooo-

 

“Ini, minumlah” Yoona memberikan sekaleng minuman soda kepada Tiffany yang sedang duduk. Saat ini mereka tengah berada di taman kota yang berlokasi 3 blok dari Amore Cafe. Yoona mengajak Tiffany kesini untuk membicarakan mengenai pertanyaan Tiffany di cafe tadi 

“Gomawo” ucap Tiffany sambil mengambil kaleng soda dari tangan Yoona.

Yoona duduk disebelah Tiffany dan membuka kaleng sodanya kemudian meminum isinya beberapa teguk. Yoona masih bingung mau memulai pembicaraan ini dari mana. Ia terlihat masih berpikir untuk memulai percakapan ini dengan hati-hati.

“Itu benar kau kan?” akhirnya Tiffany yang memulai pembicaraan. Gadis itu menatap Yoona menunggu jawaban yang keluar dari mulut Yoona.

“Aku berada disana karena diminta menjadi model ambasador Lotte Mall tersebut” terang Tiffany. Tiffany merasa karena Yoona belum mengenalnya maka dari itu Yoona merasa camggung dan ragu untuk berbicara padanya. Maka Tiffany mencoba menceritakan mengenai dirinya terlebih dahulu.

“Aku model. Tapi aku masih amatir. Begitu dapat tawaran dari Lotte Corp, aku begitu senang. Tidak menyangka perusahaan sebesar itu memilihku untuk menjadi model salah satu Mall nya” lanjut Tiffany jujur. Gadis itu tersenyum kepada Yoona. Yoona dapat menangkap aura kebahagiaan dari wajah gadis tersebut.

Lama mereka terdiam. Yoona masih belum juga mengeluarkan sepatah katapun semenjak duduk dibangku taman ini. Yoona lebih tertarik melihat beberapa anak yang sedang berlarian di taman dan sepasang kekasih yang tengah menikmati makan siang mereka dibawah pohon oak tidak jauh dari tempat Yoona berada.

Tiffany masih memperhatikan Yoona. Ia juga tidak mau memaksa Yoona untuk menjelaskan mengenai kejadian tadi malam. Karena ia sadar betul, Yoona juga memiliki hak mengenai privasinya.

“Baiklah Yoona-sii, kalau begitu aku pamit. Masih ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan” ucap Tiffany pada akhirnya. “Aku tidak akan membicarakan hal ini kepada siapapun. Aku berjanji” Tiffany membentuk pola V pada jari telunjuk dan jari tengahnya sambil tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya kepada Yoona.

Tiffanypun bangkit dari duduknya. “Senang bisa berbincang denganmu, Yoona-sii” ucap Tiffany sambil membungkuk hormat kepada Yoona. Yoonapun balas membungkuk hormat kepada Tiffany. Yoona dapat merasakan bahwa gadis dihadapannya ini tidak seburuk yang ia kira. Gadis ini begitu bersahabat dan ramah. Sorot mata serta senyumnya juga terlihat tulus, persis seperti senyum Minhyuk.

“De, sama-sama. Lain kali akan ku ceritakan. Jika aku sudah siap”

Tiffany hanya tersenyum mendengar perkataan Yoona. Ketika baru beberapa langkah menjauhi tempat Yoona, Tiffany menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Yoona.

“Oh iya Yoona-sii. Tolong jaga baik-baik kemeja itu. Itu kemeja favorite Jonghyun oppa”

Yoona kaku pada tempatnya saat ini. Sangat kaget dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia beberapa kali mengerjapkan matanya untuk membuat dirinya sadar bahwa kalimat yang baru saja ditangkap oleh pendengarannya tidak keliru. Yoona masih dapat melihat punggung Tiffany yang semakin menjauh. Ingin rasanya ia memanggil Tiffany kembali dan meminta penjelasan dari apa yang baru saja diucapkan gadis tersebut. Ia sama sekali tidak mengira Tiffany sampai mengetahui bahwa kemeja yang ia kenakan adalah milik Jonghyun. Ternyata Tiffany memang bukan orang biasa dikehidupan Jonghyun. Ia pasti memiliki peran penting dalam hidup Jonghyun.

 

-ooo-

 

13.00 KST @Coffe Shop depan St. Mary Hospital

Yonghwa melangkah cepat memasuki kedai kopi kecil yang berada persis didepan Rumah Sakit St. Mary dipinggir kota Seoul. Ia baru saja tiba dari Jepang dua jam yang lalu dan segera melesat menuju kedai ini untuk menemui seseorang.

Yonghwa memandang sekeliling. Mencari sosok orang yang dengan sengaja dihubunginya kemarin pagi untuk bertemu di kedai ini. Setelah mengedarkan pandangan keseluruh menjuru kedai ini, akhirnya Yonghwa dapat menemukan sosok yang dicarinya. Ia segera melangkahkan kaki menuju meja tempat orang tersebut tengah menunggunya.

“Annyeong Haseyo, Tuan Han?” tanya Yonghwa ragu kepada pria setengah baya yang sedang menyeruput kopinya dimeja seorang diri.

“De. Kau Im Yonghwa?” tanya pria tersebut kepada Yonghwa.

“De, Tuan. Saya Im Yonghwa imnida” Yonghwa memperkenalkan diri sembari membungkuk hormat.

“Ah, duduklah Yonghwa-sii”

“Kamsha Hamnida” Yonghwapun duduk berhadapan dengan pria tersebut.

“Terimakasih atas waktumu siang ini, Tuan Han” Ucap Yonghwa setelah memesan Ice Americano kepada salah seorang pelayan di kedai kopi ini.

“Aniyo. Aku yang seharusnya berterimakasih, Yonghwa-sii. Terimakasih karena telah menghubungiku”

“Kau pasti terkejut atas kehadiranku yang tiba-tiba ini. Dan terimakasih juga karena kau telah menjaga ibuku selama ini. aku benar-benar berterimakasih kepadamu” Yonghwa kembali membungkukkan tubuhnya hormat kepada pria hadapannya itu.

“Kau tidak perlu berterimakasih untuk itu, Yonghwa-sii. Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai suami ibumu”

Yonghwa tersenyum mendengar perkataan Tuan Han tersebut. Pria dihadapannya ini adalah Han Taejo, suami dari ibu Yonghwa. Mereka menikah 3 tahun yang lalu saat ibunya sudah bercerai dengan ayah Yonghwa. Yonghwa bersyukur ibunya mendapatkan pria sebaik Tuan Han. Pria inilah yang selama 9 bulan terakhir dengan sabar menjaga dan merawat ibunya yang sedang sakit seorang diri.

Yonghwa mengetahui semua informasi tersebut dari Jungshin. Tidak ada satupun informasi tentang ibunya yang terlewat oleh Jungshin, termasuk tentang kehidupan ayah tirinya ini. Tuan Han merupakan duda dengan satu anak. Istrinya meninggal 8 tahun yang lalu akibat kecelakaan disebuah bus yang ditumpanginya. Sedangkan anak satu-satunya yang saat ini berusia 21 tahun tengah menimba ilmu di sebuah universitas swasta di daerah Ulsan.

Ini kali pertama Yonghwa bertemu dengan ayah tirinya, setelah hampir satu bulan ia mengetahui keberadaan dan kondisi ibunya. Sampai saat inipun Yonghwa belum bertemu langsung dengan ibunya. Ia hanya mendapatkan kabar mengenai kondisi ibunya dari dokter ataupun dari Jungshin yang sengaja ia minta untuk mencari informasi tersebut.

“Bagaimana kondisi ibu sekarang?” tanya Yonghwa. Sudah hampir satu minggu ini Yonghwa tidak mengunjungi ibunya dan tidak juga mendapat kabar mengenai kondisi ibunya.

“Belum ada perubahan” jawab Tuan Han singkat. Yonghwa dapat melihat gurat kesedihan diwajah pria tua ini. Namun pria ini telihat sabar dan tidak sedikitpun mengeluh mengenai kondisi yang dihadapinya saat ini.

Yonghwa mengusap wajahnya pelan. Merasa sedih mendengar kondisi ibunya saat ini. “Apa yang bisa kulakukan, Tuan Han?” tanya Yonghwa pelan menahan kesedihannya yang tiba-tiba meluap begitu mengingat kondisi ibunya. Sebenarnya inilah tujuan Yonghwa menemui Tuan Han. Ia ingin berdiskusi dengan ayah tirinya ini mengenai tindak lanjut yang akan ditempuh untuk kesehatan ibunya.

Tuan Han hanya terdiam menanggapi pertanyaan Yonghwa. Matanya terlihat menerawang jauh kedepan. Yonghwa sendiri tidak dapat menebak apa yang sedang dipikirkan pria ini.

“Bagaimana jika ibu dipindahkan ke Rumah Sakit yang lebih baik di pusat kota?” Saran Yonghwa. Ia merasa ibunya dapat ditangani dengan lebih baik dengan fasilitas lengkap yang tersedia di Rumah Sakit pusat di Seoul.

Tuan Han menatap Yonghwa lama. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja dengan irama pelan dan teratur, terlihat tengah berpikir. “Apakah itu yang terbaik?” Tuan Han balik bertanya, bukan kepada Yonghwa tapi lebih kepada dirinya sendiri. Sebenarnya ia bersedia jika memang dengan jalan itu istrinya dapat sembuh. Namun bagaimana dengan perkerjaannya? Ia tidak mungkin bisa berkerja jika harus menjaga istrinya yang dirawat di Rumah Sakit yang berjarak jauh dari tempatnya bekerja. Bagaimanapun juga ia membutuhkan uang untuk membiayai perawatan istrinya. Apalagi Rumah Sakit di Seoul memiliki tarif yang jauh lebih mahal daripada Rumah Sakit di wilayah ini.

“Masalah biaya, biar aku yang menanggungnya” ucap Yonghwa yang seolah-olah dapat membaca kekhawatiran Tuan Han. “Kalau diperlukan, aku juga akan menyewa orang untuk merawat ibu. Aku akan melakukan apapun untuk kesembuhan ibu” Yonghwa mencoba meyakinkan Tuan Han.

Pria itu kembali terdiam beberapa saat. Jari telunjuknyapun kembali mengetuk-ngetuk ujung meja dengan teratur. “Aku tahu kau menginginkan yang terbaik untuk ibumu” Akhirnya Tuan Han kembali membuka suara setelah hampir 3 menit terdiam. “Aku tidak keberatan. Namun ada baiknya kau tanya pendapat ibumu secara langsung. Temuilah dia” lanjut Tuan Han.

“Tidak Tuan. Kurasa aku tidak bisa. Kehadiranku hanya akan membuat kondisi ibu memburuk” Tolak Yonghwa. Ia tidak ingin ibunya kembali teringat kejadian-kejadian buruknya ketika ia masih menjadi keluarga Im.

“Aniyo, Yonghwa-sii. Kurasa ibumu akan senang bertemu denganmu saat ini. Kau bisa meningkatkan kembali semangat hidupnya. Ia butuh dukunganmu” Tuan Han mencoba meyakinkan Yonghwa. “Temuilah dia”

 

-ooo-

 

Ruang Perawatan Kelas II Kamar 204, St.Mary Hospital

“Yeobo, aku datang. Bagaimana kondisimu?” Tuan Han melangkah masuk kedalam kamar 204 tersebut.

“Aku baik-baik saja. Kau sudah makan siang?” tanya wanita didalam kamar tersebut. Yonghwa dapat mendengar suara lemah seorang wanita didalam kamar rawat inap tersebut. Yonghwa sendiri masih berdiri dibalik pintu kamar. Sebenarnya dirinya belum siap dengan pertemuan tiba-tiba ini.

“Masuklah” terdengar suara Tuan Han dari dalam kamar. Yonghwa tahu betul kepada siapa kalimat tersebut ditunjukkan.

Yonghwapun melangkahkan kakinya pelan memasuki kamar tersebut. Ia dapat melihat seorang wanita setengah baya dengan baju pasien berwarna biru muda tengah berbaring di ranjang pasien. Tubuhnya begitu kurus dan rambutnya sudah mulai menipis. Wanita itu menatap Yonghwa tidak percaya. Beberapa detik kemudian, air mata sudah mengalir dikedua pipi tirusnya.

“Yonghwa-yah” suara wanita itu terdengar serak disela tangisnya.

Yonghwa masih terpaku diambang pintu. Matanya sudah mulai memanas. Dadanya juga kembang kempis menahan emosinya yang begitu saja meluap ketika melihat wanita dihadapannya itu. Yonghwa berjalan pelan ke arah wanita itu tanpa melepaskan pandangannya. Rahangnya mengatup kuat untuk menahan cairan yang mendesak keluar dari sudut matanya. Sudah empat tahun berlalu semenjak ia bertatap muka dengan wanita itu. Wanita itu kini terlihat begitu kurus dan lemah. Penyakit yang dideritanya telah dengan cepat menggerogoti tubuh wanita itu. Wanita itu memandang Yonghwa lekat sambil menahan isaknya yang semakin kuat.

“Eomma” ucap Yonghwa setengah berbisik ketika dirinya telah berdiri disisi ranjang wanita itu. Saat itu juga, cairan bening yang sedari tadi ia tahan keluar membanjiri pipinya. Ia tidak peduli lagi sekarang. Rasa rindu dan rasa sedihnya bercampur aduk saat ini. Ia benar-benar tidak mampu mengendalikan emosinya. Rasa sesak yang menghimpit dadanya selama ini tiba-tiba menumpuk berkali-kali lipat sehingga ia tidak dapat lagi membendungnya. Yonghwa menangis sejadi-jadinya. Mengeluarkan seluruh beban yang menghimpit rongga dadanya.

“Eomma… Eomma…” lirihnya. Yonghwa memeluk ibunya erat. Menenggelamkan wajahnya dipundak kurus ibunya itu. Kembali merasakan kehangatan pelukan wanita itu lagi. Kehangatan yang sudah lama tidak ia rasakan. “Eomma, mianhe. Mianhe…” ucap Yonghwa disela isakannya.

Tidak ada yang berbicara. Hanya ada suara isakan tangis yang memenuhi seluruh sudut ruangan. Pertemuan ibu dan anak setelah empat tahun itu tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata. Semuanya terjadi begitu saja. Rasa rindu, rasa sedih, rasa bahagia, semuanya tercampur menjadi satu dalam isakan-isakan tertahan kedua manusia itu.

Setelah semuanya mampu mengontrol emosinya dan kembali tenang, wanita itupun membuka kembali suaranya. “Kau sudah besar, Yonghwa-yah. Kau hidup dengan baik kan?” tanya wanita itu sambil tersenyum lemah.

Saat ini Yonghwa dapat melihat dengan jelas wajah wanita itu setelah menyeka cairan bening yang sedari tadi menumpuk dikedua kantung matanya. Wajah wanita itu terlihat begitu pucat dan kurus. Terlihat juga bibirnya yang pecah-pecah dan rambutnya yang mulai menipis mungkin akibat dari seringnya kemoterapi yang telah dijalaninya. Namun kehangatan mata wanita itu tidak berubah. Yonghwa sangat rindu dengan tatapan teduhnya itu.

“Ne, eomma. Maafkan aku karena baru bisa mencarimu sekarang. Maaf” lirih Yonghwa. Ia kembali memeluk ibunya dan mengecup lembut kening wanita dihadapannya itu.

“Ani. Terimakasih telah mencariku, Yonghwa-yah. Terimakasih” ucap ibunya pelan. Mencoba menahan air mata yang hendak kembali keluar dari sudut matanya.

“Bagaimana keadaaan Yoona? Apa dia mengetahui keadaanku sekarang?” tanya ibunya mengenai putri bungsunya itu. Terlihat ekspresi cemas yang tiba-tiba terpancar dari wajah tirusnya.

“Aniyo, eomma. Aku belum memberitahunya bahwa aku telah bertemu denganmu. Tapi aku akan menceritakannya nanti”

“Ani. Ani. Ani” jawab ibu Yonghwa cepat. “Jangan beritahu dia mengenai kondisiku sekarang. Aku tidak ingin membuatnya sedih dan cemas. Jangan beritahu dia, Yonghwa. Ku mohon”

Yonghwa memandang ibunya lekat. Mencoba memikirkan permintaan ibunya tersebut. Ibunya terlihat bersungguh-sungguh akan permintaannya itu. Yonghwa sendiri juga tidak ingin membuat adik satu-satunya itu kembali terpuruk setelah mendengar kondisi ibunya yang seperti ini. Namun disatu sisi, Yoona berhak tahu mengenai kondisi ibunya. Yoona juga berhak merawat ibunya disaat-saat kritis seperti ini. Yonghwa bergelut dengan pikirannya sendiri. Bingung memutuskan mana yang terbaik bagi semuanya.

“Aku tidak akan memberitahu Yoona mengenai kondisi eomma, asal eomma mau dirawat di Rumah Sakit pusat di Seoul. Bagaimana eomma?” Yonghwa mencoba memberikan penawaran terbaik untuk ibunya.

Wanita itu membulatkan matanya. Terlihat kaget dengan permintaan Yonghwa. “Waeyo? Kenapa aku harus pindah?” tanya wanita itu bingung.

“Aku ingin eomma mendapatkan perawatan yang lebih baik disana. Fasilitas di Rumah Sakit pusat lebih lengkap dari Rumah Sakit ini, eomma. Semuanya biar aku yang urus. Bagaimana? Kurasa ini yang terbaik untuk semua” Yonghwa mencoba meyakinkan sambil menggenggam lembut tangan kiri ibunya dengan kedua tangannya. Menyalurkan keyakinan dan kekuatan yang ia miliki dari ujung-ujung jarinya.

Wanita itu tidak segera menjawab permintaan Yonghwa, melainkan menatap pria tua yang sedari tadi duduk di kursi di sudut ruangan itu. Meminta pendapat pria yang saat ini menjadi satu-satunya orang yang setia menemaninya. Pria itu menganggukkan kepalanya pelan. Meyakinkan wanita itu bahwa jalan itulah yang memang terbaik saat ini.

“Arasho” Wanita itupun akhirnya menyetujui permintaan anak sulungnya.

 

-ooo-

 

“Jungshin-ah, tolong kau urus semuanya. Aku ingin dia mendapatkan pelayanan terbaik disana. Pastikan semuanya berjalan lancar. Hubungi aku jika kau membutuhkan bantuanku”

“Ne. Arasho, hyung”

“Gomawo, Jungshin-ah” Yonghwa mengakhiri sambungan teleponnya dengan Jungshin. Ia meminta Jungshin untuk mengurus masalah kepindahan ibunya ke Rumah Sakit pusat di Seoul untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik. Apapun akan ia lakukan demi kesembuhan ibunya.

Yonghwa kembali konsentrasi dengan jalan didepannya. Duapuluh menit yang lalu ia telah meninggalkan St. Mary Hospital dan saat ini tengah mengemudikan mobilnya ke suatu tempat.

Selah tiba ditempat yang dituju, Yonghwapun menghentikan mobilnya ditepi jalan dan mengambil ponselnya. Menekan dial speed pada angka dua yang telah ia simpan dipengaturan ponselnya sejak lama.

“Waeyo oppa?” terdengar suara yang tidak asing dari ujung sana.

“Yoon-ah. Kau dicafe sekarang?”

“Ne. Waeyo?”

“Aku ada diseberang. Kemarilah”

Tidak ada suara beberapa saat. “Ne, aku melihatmu oppa” ucap Yoona kemudian. “Tunggu sebentar”

Yoonapun berjalan keluar cafe dan segera menuju mobil BMW seri 4 warna merah keluaran terbaru yang terparkir tidak jauh dari cafeya. Iapun segera membuka pintu dan duduk di kursi depan.

“Annyeong, oppa” sapa Yoona riang setelah menutup pintu mobil.

“Annyeong, Yoon-ah” Yonghwa mengacak poni Yoona gemas.

“Kapan oppa kembali?”

“Tadi pagi. Tadi oppa ada urusan sebentar dan segera kemari setelah selesai” ucap Yonghwa sambil mengelus lembut rambut Yoona. Tiga hari di Jepang membuatnya rindu pada adik satu-satunya ini. Yonghwa menatap Yoona sambil tersenyum. Namun tatapannya terhenti pada sudut bibir Yoona. Senyum yang tadi terkembang di wajahnya seketika menghilang.

“Apa ini???” tanya Yonghwa penasaran sambil memegang subut bibir Yoona. Wajah Yonghwa tiba-tiba terlihat mengeras dan keningnya berkerut, menandakan ia tidak suka dengan apa yang sedang dilihatnya.

“A-Aniyo oppa. Ini bukan apa-apa” Yoona terlihat kikuk. Situasinya tidak bagus sekarang. Yoona lupa dengan keadaan wajahnya saat ini. Jika tahu akan seperti ini, ia seharusnya menolak bertemu Yonghwa tadi.

“Siapa yang melakukannya??” tanya Yonghwa tegas. Yoona sempat takut melihat sorok mata kakaknya yang tiba-tiba berubah. Iapun memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan menuntut kakak satu-satunya itu.

“A-Aniyo oppa. Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Ini kecelakaan. Aku sedikit ceroboh kemarin” Yoona menjawab masih dengan memalingkan wajahnya. Ia tahu betul, jika ia memandang mata kakaknya saat ini, maka semua pasti terbongkar. Ia tidak bisa mengelak lagi.

Yonghwapun memutar kepala Yoona untuk menatap mata gadis itu. “Katakan pada oppa, siapa yang melakukannya?” Yonghwa kembali bertanya setelah berhasil menatap mata Yoona.

Yoona tidak menjawab.

“Apa ini perbuatan appa??” tanya Yonghwa langsung.

Yoona kembali tidak menjawab. Mendengar kata “appa” kembali mengingatkan Yoona pada kejadian tadi malam. Yoona menarik wajahnya dari tangan Yonghwa dan kembali memalingkan wajahnya. Ia tidak bisa lagi mengelak. Yonghwa jelas sudah tahu jawabannya.

“Brengsek!!!” teriak Yonghwa sambil memukul kemudi didepannya. Emosinya tiba-tiba tersulut setelah melihat kondisi adiknya. Jadi ini yang dilakukan si brengsek itu kepada adiknya selama ia tidak ada di rumah? Jadi ini yang Yoona alami selama tiga tahun ia meninggalkan Korea? Ia salah jika mengira ayahnya telah berubah.

Yonghwapun menghidupkan mesin mobilnya, bersiap melesat kesuatu tempat untuk membuat perhitungan.

Namun Yoona menghentikan gerakan Yonghwa. Yoona kembali mematikan mesin mobil yang tadi sempat dihidupkan Yonghwa. “Jangan, oppa. Tidak seperti ini”

“Ini hanya akan memperburuk keadaan” lanjut Yoona. Suaranya terdengar lebih tenang saat ini.

“Tidak ada yang lebih buruk dari perlakuannya terhadapmu” geram Yonghwa.

“Oppa, jika kau menemuinya sekarang, apa kau pikir semuanya akan berhenti begitu saja? Semuanya akan terus berlanjut, oppa. Jika kau pergi, maka ia akan melampiaskan kekesalannya padaku berkali lipat. Itu hanya akan menyakitiku lebih dalam”

Yonghwa tercekat. Ia terdiam ditempatnya. Tidak tahu apa yang seharusnya ia lakukan. Benar kata Yoona, jika ia membuat perhitungan pada si brengsek itu saat ini, itu hanya akan merugikan Yoona. Ia pasti akan melampiaskan kekesalannya pada Yoona berkali-kali lipat ketika Yonghwa tidak berada di dekat Yoona. Dan Yonghwa tidak ingin hal itu terjadi. Ia merasa gagal melindungi Yoona. Merasa gagal menjadi seorang kakak.

“Apa yang harus ku lakukan? Aku tidak mungkin membiarkanmu seperti ini” ucap Yonghwa frustasi.

“Aku punya ide, oppa. Tapi oppa harus mendukungku” Yoona menatap mata Yonghwa lekat. Terlihat keyakinan dibalik mata coklatnya itu.

 

-ooo-

 

Annyeong… ketemu lagi…

bagaimana ceritanya? makin serukah?

aku sangat berterimakasih dengan para reader yang sudah menyempatkan diri meninggalkan comment di blog ku ini. jujur, itu sangat membantu meningkatkan semangatku untuk menulis ff ini. untuk seterusnya, tolong dukung terus ff crush ini ya… 😀

20 thoughts on “Crush [Part 6]

  1. akhirnya dipost juga..
    selalu menunggu kelnjutan ff ini..
    ternyata tiffany orangny baik..
    aq kira dy akn jdi pengganggu..
    ditunggu kelnjutannya..

  2. Waaa… Makin seru eonnie! XD
    Aku nggak abis pikir sama Appanya Yoong eonnie kenapa lebih mentingin istrinya daripada Yoong eonnie-,-
    Fany eon disini siapanya Jonghyun oppa? Berasa deket banget.-.
    Oke, ditunggu kelanjutannya ya eon.. Fighting!’-‘)9

  3. ahhhhh lucu sih makin kesini liat jonghyun ma yoona. penasaran bgt gmn tar jonghyun ma yoona kalo bener2 jatuh cinta aaaaaaaaaa ga sabar.
    huaaa yoona harus tau keadaan eommanya juga tuh. kasian kan huhu. udah dpt perlakuan ga bagus dr appa dan ibu tirinya tar tambah sedih kalo ga dikasi tau kabar ibunya. huhu
    ahhh tiffany jgn deket2 jonghyun lagi pleaseeee…

  4. aigoo, KDRT tuh Tuan Im Seolong..ckckck.. *ikutan geram* knp yonghwa gak bawa yoona kluar dr rmh.a ajah? makin seru cerita.a ^_^

  5. fanny udh knalan ma yoon. omo~
    trharu pas bgian yong ktmu sama ibunya (╥╯^╰╥)
    btw apa rncana yoon?
    penasaran XD
    next part 7 🙂

  6. Huaaaaa aku terharu pas Yongppa brtemu ibunya… sungguh pertemuan yang sangat mbgharu biru 😦 Yonghwa ternyata bnar2 tidak dirumah saat kejadian Yoona ditampar… Sekrang Yoona ada tempat saat dia sedang sedih.. tunggu dlu Fany eon tau bnget yah mslh Jong emng sih mantan tpi kok bisa dia mngnali Kemeja Jong???
    Yonghwa sudh tau bagaimana perlakuan sang appa pd adiknya itu, jdi sekrng Yong bisa lbh lagi mnjaga sang adik 🙂 apa ide Yoona?

  7. aigoo, KDRT tuh Tuan Im
    Seolong..ckckck.. *ikutan
    geram* knp yonghwa gak
    bawa yoona kluar dr
    rmh.a ajah? makin seru
    cerita.a ^_^

  8. Chingu aku smp nangis bacanya..kasihan bgt yoona yah..tp dia sosok yg berpikiran dewasa dbandingkan dgn yonghwa….lanjut….

  9. yoona kabur ja dr rmh
    biar g d siksa truz2an ma appa n ibu tirix
    d sini jonghyun orgx pendiem abiz…dataaar bener y???!!oia pa hub jonghyun ma seohyun?kok margax sama2 lee???
    jgn2……..baca next chapt ahhh♥♥

Leave a reply to Min Cancel reply